KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ،
اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى :
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
Dirikanlah shalat. Sungguh shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Sungguh mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan
(TQS al-‘Ankabut [29]: 45).
Ikhwani fiddin a’azzaniyallahu waiyyakum,
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya ketakwaan. Dengan begitu, kita akan semakin mampu berpegang teguh dengan agama-Nya. Sehingga kita akan mendapatkan kebahagiaan di dunia maupun di akhirat kelak.
Jamaah yang dimuliakan oleh Allah ……..
Hari ini tepat 27 Rajab 1439 H. Ada peristiwa besar pada tanggal 27 Rajab yakni Isra’ Mi’raj Nabiyullah Muhammad SAW. Saat itulah baginda Nabi SAW menerima perintah shalat lima waktu.
Allah SWT menempatkan shalat sebagai amal yang dihisab paling awal. Jika shalat fardhu seseorang ada kekurangan maka akan dilengkapi dengan pahala shalat sunnahnya hingga sempurna. Amal-amal lainnya dihisab menurut kaidah ini. Hal itu sesuai dengan apa yang dituturkan oleh Abu Hurairah ra. dari Nabi saw., seperti yang diriwayatkan oleh Ashhâb as-Sunan.
Bahkan, sebagaimana penuturan Anas bin Malik, Rasul saw. menjelaskan:
«أَوَّلُ مَا يُحَاسَبُ بِهِ الْعَبْدُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ الصَّلَاةُ، فَإِنْ صَلَحَتْ صَلَحَ لَهُ سَائِرُ عَمَلِهِ، وَإِنْ فَسَدَتْ فَسَدَ سَائِرُ عَمَلِهِ»
Yang pertama dihisab dari hamba Allah pada Hari Kiamat adalah shalat. Jika shalatnya baik maka baik pula seluruh amalnya. Jika shalatnya rusak maka rusak pula seluruh amalnya (HR ath-Thabarani).
Jamaah yang dimuliakan oleh Allah ……..
Baik-buruknya shalat seseorang bisa mempengaruhi baik-buruk amal-amal lainnya. Sebab, di antara hikmah pelaksanaan shalat lima waktu adalah mencegah pelakunya dari perbuatan al-fahsyâ` dan al-munkar. Al-Fahsyâ` adalah sesuatu yang sangat dicela oleh syariat. Al-Munkar adalah apa yang tidak dima’rufkan oleh syariah, artinya sesuatu itu diingkari oleh syariah. Bisa juga dimaknai, al-fahsyâ` adalah dosa-dosa besar, sedangkan al-munkar adalah segala bentuk kemungkaran, yakni segala bentuk kemaksiatan secara umum.
Allah SWT berfirman:
وَأَقِمِ الصَّلَاةَ إِنَّ الصَّلَاةَ تَنْهَىٰ عَنِ الْفَحْشَاءِ وَالْمُنكَرِ وَلَذِكْرُ اللَّهِ أَكْبَرُ وَاللَّهُ يَعْلَمُ مَا تَصْنَعُونَ
…Dirikanlah shalat. Sungguh shalat itu mencegah dari perbuatan-perbuatan keji dan mungkar. Sungguh mengingat Allah (shalat) adalah lebih besar (keutamaannya dari ibadat-ibadat yang lain). Allah mengetahui apa yang kalian kerjakan (TQS al-‘Ankabut [29]: 45).
Imam al-Badhawi di dalam Anwâr at-Tanzîl wa Asrâru at-Ta`wîl menjelaskan, shalat itu menjadi sebab bagi pelakunya untuk berhenti (tercegah) dari kemaksiatan manakala ia menyibukkan diri dengan shalat. Hal ini karena shalat mengingatkan pelakunya kepada Allah dan mewariskan pada jiwanya rasa takut dari (azab)-Nya.
Dengan demikian shalat itu harus bisa menyuruh kema’rufan kepada pelakunya dan mencegah dia dari kemungkaran. Dalam hal ini Ibnu Abbas dan Ibnu Mas’ud ra. mengingatkan:
مَنْ لَمْ تَأْمُرْهُ صَلاتُهُ بِالْمَعْرُوفِ وَتَنْهَهُ عَنِ الْمُنْكَرِ لَمْ يَزْدَدْ مِنَ اللَّهِ إِلا بُعْدًا
Siapa yang shalatnya tidak menyuruh kema’rufan kepada pelakunya dan tidak mencegah dia dari kemungkaran maka tidak menambah bagi dirinya kecuali semakin jauh dari Allah (HR Ibnu Jarir dalam Tafsîr-nya, ath-Thabarani dalam Mu’jam al-Kabîr, al-Baihaqi dalam Syu’ab al-Iman).
Dengan demikian shalat yang ditunaikan dengan baik sesuai dengan ketentuan syariah akan membuat Muslim yang menunaikannya menjadi sosok yang menaati syariah-Nya. Dia akan bersegera melaksanakan apa yang Allah perintahkan serta menjauhi kemaksiatan dan kemungkaran. Dia akan gemar memerintahkan yang ma’ruf dan mencegah yang mungkar. Dia pun akan membenci kemungkaran. Bahkan dia senantiasa berusaha menghilangkan dan mengubah kemungkaran itu sesuai dengan kemampuannya.
Sebaliknya, jika seseorang shalat secara lahiriah, tetapi justru dia suka bermaksiat, tidak melakukan amar ma’ruf nahi mungkar, malah melakukan amar mungkar nahi ma’ruf (menyerukan kemungkaran dan melarang kema’rufan), berarti dia memiliki karakter orang-orang munafik.
Jamaah rahimakumullah …
Bentuk-bentuk kema’rufan tentu sangat banyak dan berbeda-beda tingkatannya. Di antara kema’rufan yang paling agung setelah keimanan adalah kewajiban penerapan syariah secara kâffah. Pasalnya, penerapan syariah secara kâffah menjadi kunci bagi perwujudan berbagai kewajiban syar’i dan ragam kema’rufan lainnya.
Sementara bentuk kemungkaran juga banyak dan berbeda tingkatannya. Di antara kemungkaran paling besar setelah syirik dan kekafiran adalah mengabaikan penerapan syariah secara kâffah apalagi menolaknya. Sebabnya, hilangnya penerapan syariah secara kâffah menjadi pintu bagi penyebaran berbagai kemungkaran dan kemaksiatan lainnya di masyarakat.
Dan, penerapan syariah secara kâffah tidak akan terwujud kecuali dengan pengangkatan seorang imam atau khalifah, yakni dengan tegaknya Khilafah. Hilangnya Khilafah, dengan begitu, termasuk kemungkaran paling besar. Bahkan hilangnya Khilafah—yang mengakibatkan hilangya penerapan syariah secara kâffah. Sehingga oleh para ulama disebut sebagai ummul jarâ`im (induk kejahatan) dan menjadi bencana terbesar yang menimpa umat Islam.
Jamaah Jum’ah rahimakumullah …
Karena itu, saatnya kita memaknai peringatan Isra’ Mi’raj ini dengan melaksanakan ketaatan, merealisasi dan memerintahkan kema’rufan serta mencegah dan menghilangkan kemungkaran.
Mari kita berusaha secara sungguh-sungguh menyerukan penerapan syariah secara kâffah, menegakkan kembali khilafah karena ini adalah kema’rufan dan kewajiban paling agung. Dan ingat, jangan sampai kita justru menjadi orang yang menolak penerapan syariah secara kâffah.
Semoga kita senantiasa dalam bimbingan Allah SWT. Aamiin.
[]
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنْ آيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ