• “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta (tetap) menegakkan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” At-Taubah: 18
Thursday, 24 October 2024

Idul Adha 1445H Dari Ibadah Haji Menuju Persatuan Sejati

Idul Adha 1445H Dari Ibadah Haji Menuju Persatuan Sejati
Bagikan

IDUL ADHA 1445 H:
DARI IBADAH HAJI MENUJU PERSATUAN SEJATI

 KHUTBAH PERTAMA

 

السَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ

 

اللَّهُ أَكْبَرُ كَبِيرًا، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ كَثِيرًا، وَسُبْحَانَ اللَّهِ بُكْرَةً وَأَصِيلاً.

 

 لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ وَلاَ نَعْبُدُ إِلاَّ إِيَّاهُ مُخْلِصِينَ لَهُ الدِّينَ، وَلَوْ كَرِهَ الْكَافِرُونَ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللَّهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ، لاَ إِلَهَ إِلاًّ اللَّهُ اللهُ أكْبَرُ، الله أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

 

اَلْحَمْدُ ِللهِ الَّذِيْ جَعَلَ الْيَوْمَ عِيْداً لِلْمُسْلِمِيْنَ، وَوَحَّدَنَا بِعِيْدِهِ كَأُمَّةٍ وَاحِدَةٍ، مِنْ غَيْرِ الأُمَم، وَنَشْكُرُهُ عَلَى كَمَالِ إِحْسَانِهِ، وَهُوَ ذُو الْجَلاَلِ وَاْلإِكْراَمِ.

 

أَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ أَنْتَ وَحْدَكَ لاَشَرِيْكَ لَكَ. اللَّهُمَّ مَالِكَ الْمُلْكِ تُؤْتِي الْمُلْكَ مَن تَشَاء، وَتَنزِعُ الْمُلْكَ مِمَّن تَشَاء، وَتُعِزُّ مَن تَشَاء، وَتُذِلُّ مَن تَشَاء، بِيَدِكَ الْخَيْرُ. إِنَّكَ عَلَىَ كُلِّ شَيْءٍ قَدِيرٌ. وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّداً عَبْدُكَ وَرَسُوْلُكَ.

 

الَلَّهُمَّ صَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى حَبِيْبِناَ المُصْطَفَى، الَّذِّي بَلَّغَ الرِّسَالَةْ، وَأَدَّى الأَمَانَةْ، وَنَصَحَ الأُمَّةْ، وَعَلَى آلِهِ وَأَصْحَابِهِ، وَمَنْ دَعاَ اِلَى اللهِ بِدَعْوَتِهِ، وَجاَهَدَ فِيْ اللهِ حَقَّ جِهاَدِهِ.

 

اَمَّا بَعْدُ: عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ !

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدُ

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

AlhamdulilLaahi Rabbil ‘aalamiin. Segala pujian hanya milik Allah, Rabb semesta alam. Shawalat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam, Baginda Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Juga kepada keluarganya yang mulia, para Sahabatnya yang utama, serta siapa saja yang setia mengikuti beliau hingga akhir masa.

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدُ

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Berbahagialah kita semua. Sebabnya, inilah hari yang penuh dengan kemuliaan, dari Allah Pencipta alam. Inilah salah satu dari dua hari terbaik untuk semua insan yang beriman.

Hari ini lebih dari tiga juta kaum Muslim dari segenap penjuru dunia berkumpul di Tanah Suci. Tentu untuk melaksanakan ibadah haji. Lisan mereka selalu basah dengan rangkaian doa dan kalimat talbiyah: “Labayk AlLaahumma labayk”. Adapun jiwa dan raga mereka tunduk kepada Rabb Ka’bah dengan pasrah.

Inilah hari yang agung. Di dalamnya Allah Subhanahu wata’ala melimpahkan kemuliaan yang luas: Yawm an-Nahr atau Yawm ’Idul Adha. Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda:

أَعْظَمُ الأيَّامِ عِنْدَ اللَهِ يَوْمُ النَّحْرِ

Sungguh hari yang paling agung di sisi Allah adalah hari raya kurban (HR Abu Dawud).

 

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Sebagaimana perintah Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam, penentuan awal bulan Dzulhijjah bukanlah diputuskan berdasarkan otoritas masing-masing pemimpin negeri kaum Muslim, tetapi wajib berdasarkan pengumuman Amir Makkah. Husayn bin Harits al-Jadali telah menyatakan: Amir Makkah, al-Harits bin Hatib, telah menyampaikan khutbah kepada kami, seraya berkata:

عَهِدَ إِلَيْنَا رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وسَلَّمَ أَنْ ‌نَنْسُكَ ‌لِرُؤْيَتِهِ، فَإِنْ لَمْ نَرَهُ، وَشَهِدَ شَاهِدَا عَدْلٍ نَسَكْنَا بِشَهَادَتِهِمَا

Kami telah diperintahkan oleh Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam untuk mengerjakan manasik (ibadah haji) karena melihat hilal. Jika kami tidak melihat hilal, lalu ada dua orang saksi yang adil melihat hilal, maka kami pun akan mengerjakan manasik haji berdasarkan kesaksian mereka berdua (HR Abu Dawud dan ad-Daraquthni).

 

Sudah seharusnya kaum Muslim bersatu dalam pelaksanaan Idul Adha, sebagaimana mereka bersatu dalam pelaksanaan ibadah haji. Demikian seperti yang pernah terwujud pada masa Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam dan Khulafaur-Rasyidin. Alangkah indahnya jika persatuan umat kembali terwujud pada hari ini. Semesta akan berguncang karena gema talbiyah di segenap penjuru dunia. Di mana-mana kalimat takbir, tahlil dan tahmid berkumandang; menggambarkan teguhnya persatuan yang terikat dalam ukhuwah islamiyah yang menyatukan kaum beriman.

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدُ

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Ibadah haji adalah panggilan Ilahi untuk kaum Mukmin. Mereka yang beriman dan mengharapkan ridha Allah Subhanahu wata’ala akan sekuat tenaga menumpahkan kerinduan kepada-Nya untuk mendatangi Baitullah. Mereka berupaya keras untuk menunaikan kewajiban ibadah haji ini dengan mengerahkan harta dan kendaraan yang mereka punya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

وَاَذِّنْ فِى النَّاسِ بِالْحَجِّ يَأْتُوْكَ رِجَالًا وَّعَلٰى كُلِّ ضَامِرٍ يَّأْتِيْنَ مِنْ كُلِّ فَجٍّ عَمِيْقٍ

Serulah manusia untuk mengerjakan haji, niscaya mereka akan datang kepadamu dengan berjalan kaki atau mengendarai unta yang kurus. Mereka  datang dari segenap penjuru yang jauh (TQS al-Hajj [22]: 27).

 

Sementara itu, sebagian kaum Muslim lain mewujudkan ketaatan pada Allah Subhanahu wata’ala dengan menyembelih hewan kurban untuk kemudian mereka bagikan pada kaum dhuafa dan yang membutuhkan. Mereka menyerahkan hewan kurban terbaik dengan harapan ketaatan mereka dapat menggapai keridhaan Allah Yang Maha Menyaksikan. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

لَنْ يَّنَالَ اللّٰهَ لُحُوْمُهَا وَلَا دِمَاۤؤُهَا وَلٰكِنْ يَّنَالُهُ التَّقْوٰى مِنْكُمْۗ

Daging-daging unta dan darahnya itu sekali-kali tidak dapat mencapai (keridhaan) Allah. Akan tetapi, keridhaan Allah itu hanya bisa dicapai dengan ketakwaan kalian (TQS al-Hajj [20]: 37).

 

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Ibadah haji adalah salah satu melting point atau titik lebur kaum Muslim. Semua Muslim dari berbagai penjuru dunia, dari segala suku bangsa, bahasa dan warna kulit menyatu dalam suasana penuh keharuan dan kekhusyukan di hadapan Allah Yang Maha Perkasa. Tak tampak lagi perbedaan, termasuk strata sosial dan ekonomi, dalam pelaksanaan ibadah haji. Semua berbusana kain ihram. Semua melantunkan kalimat talbiyah. Semua mengharap ridha Allah Subhanahu wata’ala. Semua sama-sama menggemakan keagungan syiar-syiar Allah Subhanahu wata’ala sebagaimana firman-Nya:  

ذٰلِكَ وَمَنْ يُّعَظِّمْ شَعَاۤىِٕرَ اللّٰهِ فَاِنَّهَا مِنْ تَقْوَى الْقُلُوْبِ

Demikianlah (perintah Allah). Siapa saja yang mengagungkan syiar-syiar Allah, sungguh itu timbul dari ketakwaan hati (TQS al-Hajj [20]: 32).

 

Syaikh Mutawalli asy-Sya’rawi, ulama dari Mesir dan seorang mufasir, mengatakan:

وَفِي جَلاَلِ هَذِهِ الْوَحْدَةِ، تَنْصَهَرُ الْأَجْنَاسُ وَالْأَلْوَانُ وَاللُّغَاتُ، فَلَا نَسَبَ اِلَّا اِلىَ الْاِسْلَامِ وَلَا حَسَبَ اِلَّا اِلَى الْاِيْمَانِ

“Di tengah-tengah persatuan (ibadah haji) ini berbagai suku bangsa, warna kulit dan bahasa manusia melebur (menjadi satu). Karena itu tak ada yang pantas untuk dijadikan atribut (identitas) selain Islam dan tidak ada yang perlu diperhitungkan kecuali iman.”

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدُ

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Pernahkah umat manusia menyaksikan persatuan dan kesatuan umat manusia seperti umat Muslim? Adakah di dunia ini, sedari dulu sampai hari ini, ajaran atau ideologi yang dapat mempersatukan umat manusia tanpa melihat perbedaan suku bangsa, ras dan status sosial selama belasan abad?

Jawabannya adalah tidak ada. Memang tidak akan pernah ada. Tidak ada satu pun umat di dunia ini yang semisal kaum Muslim dalam persatuan dan kesatuan. Tidak ada satu pun agama dan ideologi yang sukses melebur umat manusia dalam sebuah wadah pemersatu selain Islam. Agama ini telah berhasil mengikat manusia selama belasan abad dalam sebuah ikatan mulia: ukhuwah islamiyah. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

اِنَّمَا الْمُؤْمِنُوْنَ اِخْوَةٌ فَاَصْلِحُوْا بَيْنَ اَخَوَيْكُمْ وَاتَّقُوا اللّٰهَ لَعَلَّكُمْ تُرْحَمُوْنَ

Sungguh kaum Mukmin itu bersaudara. Sebab itu damaikanlah (perbaikilah hubungan) kedua saudara kalian itu dan takutlah kalian kepada Allah supaya kalian mendapat rahmat (TQS al-Hujurat [49]: 10).

Sungguh indah perumpamaan kebersamaan kaum Mukmin. Mereka digambarkan oleh Baginda Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam laksana satu tubuh. Sabda beliau:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Perumpamaan kaum Mukmin itu dalam hal saling mengasihi, mencintai dan menyayangi bagaikan satu tubuh. Jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan demam (turut merasakan sakitnya) (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Di balik keindahan perumpamaan yang dinyatakan oleh Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam dalam hadis di atas juga terkandung tuntutan untuk turut merasakan rasa sakit dan penderitaan yang dialami saudara seiman. Sungguh ironi jika seorang Muslim tidak mau merasakan penderitaan yang tengah menimpa nasib sesama Muslim. Mungkinkah otak tidak merasakan apa-apa ketika sekujur tubuhnya berdarah-darah penuh luka menganga? Padahal di antara tanda keimanan seseorang adalah mencintai saudaranya seperti dia mencintai dirinya sendiri. Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam bersabda: 

لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ لِأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ

Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri (HR Muttafaq ’alayh).

 

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Tinta emas sejarah mencatat persaudaraan orang-orang mulia yang begitu indah. Dalam Perang Yarmuk, misalnya, tiga orang Sahabat terluka parah. Mereka adalah Al-Harits bin Hisyam, Ikrimah dan Ayyas bin Abi Rabi’ah. Setelah perang usai, pasukan Islam yang terluka mulai diobati. Ketika itu Al-Harits meminta air minum karena kehausan yang luar biasa. Dibawakanlah air untuk dia. Namun, ia mendengar Sahabatnya, Ikrimah, seakan-akan menginginkan air minum. Sahabat al-Harist meminta agar air itu diberikan saja kepada Sahabat Ikrimah. Air itu pun dibawa dan hendak diberikan kepada Sahabat Ikrimah. Namun, Ikrimah melihat Ayyash membutuhkan air minum. Lalu ia pun meminta agar air itu diberikan kepada Ayyash.

 

Air itu pun dibawa kepada Ayyash. Ketika air itu sampai kepada Sahabat Ayyash, ia ternyata sudah wafat sebagai syahid. Lalu air itu dibawa lagi kepada Ikrimah. Ternyata ia pun sudah syahid. Segera air itu dibawa kepada Al-Harits. Namun, al-Harits juga ternyata sudah mendapatkan kesyahidannya. Pada akhirnya air itu masih utuh, tak setetes pun mereka teguk, karena masing-masing mendahulukan kepentingan saudaranya. Sungguh luar biasa rasa persaudaraan yang dicontohkan oleh para Sahabat yang mulia tersebut.

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدُ

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Patut direnungkan: Apakah umat Islam hari ini sudah semisal satu tubuh dalam persatuan mereka?  Ataukah kebersamaan dan persatuan mereka mereka semu belaka?

 

Kita menyaksikan lebih dari tiga juta Muslim dari segenap penjuru berkumpul bersama di Tanah Suci menunaikan ibadah yang sama, menuju keridhaan Tuhan yang juga sama. Namun, tatkala perhelatan ibadah haji selesai, masih tersisakah persatuan umat ini? Apakah kaum Muslim di seluruh dunia hari ini bersatu dan saling membantu saudaranya yang menderita? Sayangnya tidak.

 

Detik ini, saat kita berkumpul merayakan Hari Raya Idul Adha, saudara-saudara kita di berbagai tempat ditimpa kemalangan luar biasa. Kaum Muslim di Palestina terus berada dalam ancaman genosida zionis Yahudi. Gaza dan Rafah sudah menjadi ladang pembantaian kaum Muslim. Jenazah-jenazah bergelimpangan di jalan-jalan atau terkubur dalam reruntuhan gedung. Sebagian lagi hancur berkeping-keping. Mereka menjadi korban kebiadaban zionis Yahudi.

 

Banyak ayah kehilangan seluruh keluarganya hingga cucu-cucunya. Banyak anak yang menjadi sebatang kara karena semua keluarganya terbunuh. Banyak ibu yang merana karena ditinggal syahid semua orang yang dia cintai. Seolah menjadi pemandangan biasa di Gaza seorang Muslim memakamkan anggota keluarganya berturut-turut. Malah ada seorang anak yang berjalan memanggul karung yang berisi potongan-potongan tubuh adiknya yang malang. Inilah fakta derita di tengah Hari Raya Idul Adha.

 

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Lebih dari 36 ribu warga Gaza tewas akibat serangan biadab militer zionis. Semua fasilitas kesehatan hancur. Penduduk Gaza terancam kelaparan yang diciptakan zionis Yahudi. Bayangkanlah, ketika nanti kita pulang makan dan minum sepuasnya bersama keluarga, hampir satu juta warga Gaza terancam kelaparan dan susah mendapatkan air bersih. Tak ada keluarga yang menyambut dan bersuka-cita pada hari raya selain langit duka yang terus menggelayuti langit Palestina.

 

Yang lebih menyedihkan lagi adalah sikap para penguasa Dunia Islam. Mereka hanya diam menyaksikan pembantaian demi pembantaian di Gaza. Sebagian dari mereka malah bersekutu dengan zionis Yahudi dengan membuka hubungan diplomatik dan perdagangan. Dunia menyaksikan bagaimana penguasa Mesir, misalnya, bukan saja menolak kehadiran pengungsi Gaza, tetapi juga menolak membuka gerbang perbatasan agar kaum Muslim bisa memberikan bantuan kepada saudara seiman. Lebih menyedihkan lagi sebagian para pemimpin Dunia Islam justru melarang aksi dukungan terhadap Palestina dan menangkapi mereka. Padahal Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan ancaman terhadap para pemimpin seperti itu. Sabda beliau:

مَنْ وَلِيَ مِنْ أَمْرِ النَّاسِ شَيْئًا , فَاحْتَجَبَ عَنْ أُولِي الضَّعَفَةِ وَالْحَاجَةِ , احْتَجَبَ اللَّهُ عَنْهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ

Siapa saja yang Allah takdirkan untuk menjadi pemimpin yang mengemban urusan orang banyak, lalu ia menghindar dari orang yang lemah dan yang membutuhkan, Allah pasti akan menutup diri dari dirinya pada Hari Kiamat (HR Ahmad).

 

Para pemimpin Dunia Islam rata-rata hanya berpura-pura. Di depan rakyat mendukung Palestina lewat politik retorika berupa kutukan dan kecaman. Namun, sedikit pun mereka enggan menggerakkan pasukan militer mereka untuk melindungi kaum Muslim Palestina dan menyerang kaum Yahudi. Mereka malah menyandarkan pertolongan pada Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB). Padahal mereka tahu bahwa badan internasional itu nyata berada dalam ketiak negara-negara Barat, terutama Amerika Serikat. Mereka pun tahu bahwa PBB tak akan bisa dan berani menjatuhkan sanksi atas negara Yahudi. Penipuan para pemimpin Dunia Islam kelak mendapatkan balasan keras sebagaimana diingatkan Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam:

مَا مِنْ عَبْدٍ يَسْتَرْعِيهِ اللَّهُ رَعِيَّةً يَمُوتُ يَوْمَ يَمُوتُ وَهُوَ غَاشٌّ لِرَعِيَّتِهِ إِلَّا حَرَّمَ اللَّهُ عَلَيْهِ الْجَنَّةَ

Tidaklah seorang yang diamanati oleh Allah memimpin rakyat itu mati, sementara ia saat hidupnya menipu rakyatnya, melainkan Allah pasti mengharamkan bagi dirinya surga (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Kaum Muslim juga jangan berharap Mahkamah Internasional dapat menyeret para pemimpin zionis ke pengadilan internasional dan menghukum mereka sebagai penjahat perang. Sebabnya, Mahkamah Internasional dibuat oleh negara-negara Barat demi kepentingan mereka dan akan dijegal setiap kali akan mengganggu urusan politik Barat dan sekutunya. Allah Subhanahu wata’ala telah melarang perbuatan ini. Lagi pula sebagian orang kafir adalah penolong bagi sebagian lainnya. Allah Subhanahu wata’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan kaum Yahudi dan Nasrani sebagai para pemimpin (kalian). Sebagian mereka adalah pemimpin bagi sebagian lainnya. Siapa saja di antara kalian menjadikan mereka sebagai pemimpin, sungguh orang itu termasuk golongan mereka. Sungguh Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim (TQS al-Maidah [5]: 51).

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدُ

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Penyebab terkoyaknya umat hari ini adalah karena paham nasionalisme telah mengerat-ngerat persatuan kaum Muslim dan menghapuskan ukhuwah islamiyah. Setiap penguasa negeri Muslim tidak peduli dengan urusan negeri Muslim lainnya. Bahkan mereka tidak jarang saling bermusuhan satu sama lain. Pantaslah jika Rasulullah Shollallohu ‘alaihi wasallam menggolongkan kebanggaan terhadap suku, bangsa dan golongan sebagai slogan-slogan jahiliyah yang dipandang hina. Diriwayatkan dari Ubay bin Kaab ra., mengutip sabda Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam, bahwa ia berkata:

إِذَا الرَّجُلُ تَعَزَّى بِعَزَاءِ الْجَاهِلِيَّةِ، ‌فَأَعِضُّوهُ بِهَنِ ‌أَبِيهِ، وَلَا تَكْنُوا

“Jika ada orang membangga-banggakan kebanggaan jahiliyah maka suruhlah ia menggigit kemaluan ayahnya dan tidak usah pakai bahasa kiasan terhadapnya.” (HR Ahmad).

         

Paham nasionalisme telah menjadi penjara imajiner yang menghalangi kaum Muslim menolong saudaranya. Paham ini membelenggu tangan dan kaki umat untuk menghilangkan penderitaan yang tengah menimpa saudara seiman. Bahkan paham nasionalisme sanggup membutakan mata dan hati umat bahwa saudara seiman itu adalah bersaudara. Padahal Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam telah mengingatkan:

الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ

Seorang Muslim itu saudara bagi Muslim lainnya. Ia tidak boleh menzalimi dan tidak menelantarkan saudaranya (HR Muslim).

 

Ma’âsyiral-Muslimîn rahimakumulLâh.

Karena itu umat Islam wajib kembali bersatu dalam ikatan ukhuwah islamiyah. Hal itu tidak mungkin tercipta dalam konsep negara-bangsa dan paham nasionalisme. Ukhuwah islmiyah dan persatuan yang hakiki hanya bisa terwujud dalam wadah yang telah ditetapkan syariah Islam, yakni Khilafah Islamiyah. Dalam institusi Khilafahlah umat Islam sedunia bisa dipersatukan dari ujung timur hingga ke ujung barat. Tidak terpecah belah dan tidak terkerat-kerat. Agama ini menghendaki umat Islam berada dalam satu kepemimpinan sebagaimana sabda Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam:

إِذَا بُويِعَ لِخَلِيفَتَيْنِ فَاقْتُلُوا اْلآخِرَ مِنْهُمَا   

Jika dibaiat dua orang khalifah maka bunuhlah yang terakhir dari keduanya (HR Muslim).

         

Negara-bangsa dan paham nasionalisme adalah konsep yang dirancang oleh negara-negara Barat imperialis untuk memudahkan mereka menghancurkan Khilafah Islamiyah lalu menjajah negeri-negeri tersebut. Dibuatlah oleh mereka negara-negara boneka dengan para penguasa yang berada dalam kendali mereka. Termasuk dikendalikan agar jangan sampai menghapuskan negara zionis Yahudi yang sudah mereka rancang agar menjadi kanker ganas di jantung kaum Muslim.

 

Karena itu persoalan umat di Palestina, Myanmar, India, Cina dan berbagai penjuru dunia lain hanya bisa dituntaskan jika umat bersatu di bawah kepemimpinan seorang khalifah. Satu-persatu persoalan umat akan diselesaikan sesuai perintah Allah Subhanahu wata’ala dan Rasul-Nya. Khalifah akan melindungi dan menjaga semua kepentingan umat. Ini karena Khalifah berperan sebagai perisai umat, sebagaimana sabda Nabi Shollallohu ‘alaihi wasallam:

إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

Sungguh Imam (Khalifah) adalah perisai; orang-orang berperang di belakang dia dan menjadikan dirinya pelindung (HR Muslim).

                  

Tanpa Khilafah Islamiyah umat Muslim yang begitu besar jumlahnya seperti anak ayam kehilangan induknya. Tak ada perlindungan dari berbagai serangan dan gangguan. Tanpa Khilafah Islamiyah umat Muslim juga seperti unta yang mati kehausan di tengah gurun, padahal di punggungnya tersimpan air. Begitu kaya sumberdaya alam negeri-negeri Muslim, tetapi bukan mereka yang menikmati. Justru para penjajah yang menjadi kaya raya karena pengkhianatan para penguasa negeri-negeri Muslim. Hal seperti itu tak akan terjadi jika umat bersatu dan dipimpin oleh Khalifah yang akan mengurus dan menjaga mereka.

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، وَلِلّهِ الْحَمْدُ

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Persoalan Palestina sesungguhnya tidaklah sukar untuk diselesaikan. Tentu jika umat ini memiliki kepemimpinan yang mulia dalam institusi pemerintahan Islam global, Khilafah Islamiyah. Dengan Khilafah, potensi kekuatan militer umat Islam yang sangat besar bisa disatukan sekaligus digerakkan untuk melakukan jihad (perang) terhadap Yahudi dan para pelindungnya, khususnya amerika Serikat. Dengan itu kaum Muslim dengan mudah bisa menghapuskan eksistensi kaum zionis penjajah dari atas negeri Palestina. Bukan itu saja, dengan Khilafah, kelak umat ini sanggup memimpin dunia setelah menyingkirkan dominasi negara-negara Barat, khususnya Amerika Serikat, atas dunia dan kaum Muslim. Dengan Khilafah, umat Islam pun akan sanggup menciptakan tatanan kehidupan yang harmonis di bawah syariah Islam.

 

Kaum Muslim dan umat manusia seluruhnya sudah lama menderita di bawah kepemimpinan ideologi Kapitalisme global pimpinan Amerika Serikat dan sekutu-sekutunya. Mereka mengeksploitasi negara-negara lain dan merusak tatanan kehidupan umat manusia melalui imperialisme dan ideologi kapitalismenya.

 

Karena itu sudah saatnya umat Islam sedunia mengakhiri derita ini dan mengembalikan kehidupan yang penuh berkah di bawah kepemimpinan ideologi Islam. Dengan itulah kita menyongsong janji Allah Subhanahu wata’ala:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Andai saja penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan melimpahkan kepada mereka keberkahan dari langit dan bumi. Namun, mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu. Karena itulah Kami menyiksa mereka disebabkan perbuatan mereka tersebut (TQS al-A’raf [7]: 96).

[]

 

 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ، وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ، إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

KHUTBAH KEDUA

 

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ

اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ، اَللهُ أَكْبَرُ.

 

اللهُ أَكْبَرُ كَبِيْرًا وَالْحَمْدُ للهِ كَثِيْرًا، وَسُبْحَانَ اللهِ بُكْرَةً وَأَصِيْلاً. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ وَهَزَمَ الأَحْزَابَ وَحْدَهُ. لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ، اللهُ أَكْبَرُ، اللهُ أَكْبَرُ وَللهِ الْحَمْدُ.

 

الْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ وَلَوْ كَرِهَ الْمُشْرِكُوْنَ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ كَرَّمَ هَذهِ الْأُمَّةَ بِشَرِيْعَتِهِ الْكَامِلَةِ، وخَصَّ بِهَا بِالنُّبُوَّةِ نَبِيِّهِ الْكَرِيْمَةِ، وأَعَزَّهَا بِالْخِلاَفَةِ الرَّاشِدَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ.

 

أَشْهَدُ أَنْ لَا إِلٰهَ اِلَّا اللّٰهُ وَحْدَهُ لَا شَرِيْكَ لَهُ، وَأَشْهَدُ أَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَ بَعْدَهُ، اَرْسَلَهُ بِرِسَالَتِهِ الْقُدْسِيَّةِ وَاَحْكَامِهِ الشَّرِيْفَةِ لِمُعَالَجَةِ كُلِّ مُشْكِلَةِ الْحَيَاةِ.

 

فَيَا أَيُّهَا الْمُؤْمِنُوْنَ، تَمَسَّكُوْا بِاْلإِسْلَامِ فِيْ كُلِّ حِيْنٍ، وَاتَّقُوْا اللّٰهَ حَقَّ تُقَاتِهِ، وَلَا تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَأَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. اَمَّا بَعْدُ:

 

AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, AlLâhu akbar, wa lilLâhil hamdu.

Ma’âsyiral Muslimîn rahimakumulLâh.

Marilah kita berdoa, memohon dan bermunajat kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala mengabulkan permohonan kita. Semoga Allah subhanahu wa ta’ala memberi kita kesabaran dan keikhlasan, menguatkan ketaatan kita, melanggengkan ketakwaan kita dan meneguhkan kita untuk tetap istiqamah di jalan-Nya.

 

قَالَ اللّٰهُ تَعَالَى فِيْ الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ: ﴿إِنَّ اللّٰهَ وَمَلاَئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلَى النَّبِيِّ، يَاأَيُّهَا الَّذِيْنَ ءَامَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا﴾.

 

اَللَّهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، وَعَلَى آلِهِ وَذُرِيَّاتِهِ وَأَصْحَابِهِ وَمَنْ تَبِعَهُ بِإِحْسَانٍ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

 

اَللَّهُمَّ حَمْدًا شَاكِرِيْنَ حَمْدًا نَاعِمِيْنَ حَمْدًا يُوَافِيْ نِعَامَهُ وَيُكَافِئُ مَزِيْدَهُ، يَا رَبَّنَا لَكَ الْحَمْدُ وَلَكَ الشُّكْرُ كَمَا يَنْبَغِيْ لِوَجْهِكَ الْكَرِيْمِ وَعَظِيْمِ سُلْطَانِكَ.

اللّهُمَّ اغْفِرْ لَنَا وَ لِوَالِدِيْنَا وَارْحَمْهُمْ كَمَا رَبَّوْنَ صِغَارًا. اَللَّهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَالْمُسْلِمِيْنَ وَالْمُسْلِمَاتِ اْلأَحْيَاءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ، إِنّكَ سَمِيْعٌ قَرِيْبٌ مُجِيْبُ الدَّعَوَاتِ، فَيَا قَاضِيَ الْحَاجَاتِ، بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

 

اللَّهُمَّ أَصْلِحْ لَنَا دِيْنَنَا الَّذِي هُوَ عِصْمَةُ أَمْرِنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا دُنْيَانَا الَّتِي فِيْهَا مَعَاشُنَا، وَأَصْلِحْ لَنَا آخِرَتَنَا الَّتِي اِلَيْهَا مَعَادُنَا، وَاجْعَلِ الْحَيَاةَ زِيَادَةً لَنَا فِي كُلِّ خَيْرٍ، وَاجْعَلِ الْمَوْتَ رَاحَةً لَنَا مِنْ كُلِّ شَرٍّ.

 

اللّهُمَّ اجْعَلْ عَمَلَنَا عَمَلًا صَالِحًا مُتَقَبَّلًا، مُوَافِقًا بِأَحْكَامِكَ وَخَالِصًا لِوَجْهِكَ.

 

اَللّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صَلاَتَنَا وَصِيَامَنَا وَقِيَامَنَا وَكُلَّ أَعْمَالِنَا الصَّالِحَاتِ، وَاغْفِرْ لَنَا ذُنُوْبَنَا وَاعْفُوْا عَنَّا تَقْصِرَاتَنَا وَارْحَمْنَا بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

 

اَللَّهُمَّ اِنَّا نَسْئَلُكَ سَلَامَةً فِيْ الدِّيْنِ، وَعَافِيَةً فِيْ الْجَسَدِ، وَزِيَادَةً فِيْ الْعِلْمِ، وَبَارَكَةً فِيْ الرِّزْقِ، وَتَوْبَةً قَبْلَ الْمَوْتِ، وَرَحْمَةً عِنْدَ الْمَوْتِ، وَمَغْفِرَةً بَعْدَ الْمَوْتِ، اَللَّهُمَّ هَوِّنْ عَلَيْنَا فِيْ سَكَرَةِ الْمَوْتِ، وَنَجَاةً مِنَ النَّارِ، وَعَفْوًا عِنْدَ الْحِسَابِ.

اَللّٰهُمَّ إِنَّا نَسْتَعِيْنُكَ وَنَسْتَغْفِرُكَ وَلَا نَكْفُرُكَ، وَنُؤْمِنُ بِكَ وَنَخْلَعُ مَنْ يَفْجُرُكَ. اَللّٰهُمَّ عَذِّبِ الْكَفَرَةَ الَّذِيْنَ يَصُدُّوْنَ عَنْ سَبِيْلِكَ، وَيُكَذِّبُوْنَ رُسُلَكَ، وَيُقَاتِلُوْنَ أَوْلِيَاءَكَ.

 

اَللّٰهُمَّ يَا مُنْزِلَ الْكِتَابِ وَمُهْزِمَ اْلأَحْزَابِ، إِهْزِمِ الْيَهُوْدَ وَاَعْوَانَهُمْ وَصَلِيْبِيِّيْنَ وَاَنْصَارَهُمْ وَرَأْسَمَالِيِّيْنَ وَاَعْوَانَهُمْ وَاِشْتَرَاكِيِّيْنَ وَشُيُوْعَهُمْ.

 

اَللّٰهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَالْمُسْلِمِيْنَ، وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ الْمُسْلِمِيْنَ، وَاقْتُلْ مَنْ قَاتَلَ وَقَتَلَ الْمُسْلِمِيْنَ.

 

اَللّٰهُمَّ أَهْلِكِ الْكَفَرَةَ وَالْمُشْرِكِيْنَ وَالْمُنَافِقِيْنَ واَلْفَاسِقِيْنَ وَدَمِّرْ أَعْدَائَكَ أَعْدَاءَ الدِّيْنَ.

 

اَللّٰهُمَّ ارْحَمْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ أَصْلِحْ أُمَّةَ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ، اَللّٰهُمَّ اجْعَلْنَا مِنْ أُمَّةِ سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللّٰهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ.

 

اَللّٰهُمَّ أَنْجِزْ لَنَا مَا وَعَدْتَنَا عَلَى رَسُوْلِكَ بِعَوْدَةِ دَوْلَةِ الْخِلاَفَةِ الرَّاشِدَةِ عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ، تُعِزُّ بِهَا اْلإِسْلاَمَ وَاَهْلَهُ، وَتُذِلُّ بِهَا الْكُفْرَ وَاَهْلَهُ، وَاجْعَلْنَا مِنَ الْعَامِلِيْنَ الْمُخْلِصِيْنَ لِإِقَامَتِهَا، بِإِذْنِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ.

 

رَبَّنَا ظَلَمْنَا أَنْفُسَنَا واِنْ لَمْ تَغْفِرْلَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّا مِنَ الْخَاسِرِيْنَ،

رَبَّنَا لَا تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَسِيْنَا اَوْ اَخْطَأْنَا، رَبَّنَا وَلَا تَحْمِلْ عَلَيْنَا إِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلَا تُحَمِّلْنَا مَا لَا طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُ عَنَّا وَاغْفِرْ لَنَا وَارْحَمْنَا اَنْتَ مَوْلٰنَا فَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ.

 

رَبَّنَا آتِنَا فِي الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِي اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، رَبَّنَا تقَبَّلْ مِنَّا وَاسْتَجِبْ دُعَائَنَا إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْعُ العْلَيِمْ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ.

 

وَسُبْحَانَكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلَامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلّٰه رَبِّ الْعَالَمِيْنَ.

 

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ.

SebelumnyaDari Ibadah Haji Menuju Persatuan SejatiSesudahnyaBahaya Ulama di Pintu Penguasa
No Comments

Tulis komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *