TINGGALKAN KEGELAPAN KAPITALISME-SEKULER,
MENUJU CAHAYA ISLAM
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ
الْحَمْدَ لِلهِ،
نَحْمَدُهُ
وَنَسْتَعِيْنُهُ
وَنَسْتَغْفِرُهُ،
وَنَعُوْذُ
بِاللهِ مِنْ
شُرُوْرِ
أَنْفُسِنَا
وَسَيِّئَاتِ
أَعْمَالِنَا،
مَنْ
يَهْدِهِ اللهُ
فَلَا
مُضِلَّ لَهُ،
وَمَنْ
يُضْلِلْ فَلَا
هَادِيَ لَهُ.
أَشْهَدُ
أَنْ لَا
اِلٰهَ
اِلاَّ اللهُ
وَحْدَهُ
لَاشَرِيْكَ
لَهُ،
شَهَادَةَ
مَنْ هُوَ خَيْرٌ
مَّقَامًا
وَأَحْسَنُ
نَدِيًّا. وَأَشْهَدُ
أَنَّ
سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ
الْمُتَّصِفُ
بِالْمَكَارِمِ
كِبَارًا
وَصَبِيًّا.
اللهُمَّ
فَصَلِّ
وَسَلِّمْ
عَلَى
سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ
كَانَ
صَادِقَ
الْوَعْدِ
وَكَانَ رَسُوْلًا
نَبِيًّا، وَعَلَى
آلِهِ
وَصَحْبِهِ
الَّذِيْنَ
يُحْسِنُوْنَ
إِسْلاَمَهُمْ
وَلَمْ
يَفْعَلُوْا
شَيْئًا
فَرِيًّا. أَمَّا
بَعْدُ؛
فَيَا
أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ
رَحِمَكُمُ
اللهُ، اُوْصِيْنِيْ
نَفْسِيْ
وَإِيَّاكُمْ
بِتَقْوَى
اللهِ،
فَقَدْ فَازَ
الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ
تَعَالَى:
الۤرٰۗ
كِتٰبٌ
اَنْزَلْنٰهُ
اِلَيْكَ لِتُخْرِجَ
النَّاسَ
مِنَ
الظُّلُمٰتِ
اِلَى النُّوْرِ
ەۙ بِاِذْنِ
رَبِّهِمْ
اِلٰى صِرَاطِ
الْعَزِيْزِ
الْحَمِيْدِۙ ١
(إِبْرَاهِيْمُ)
Alhamdulillâhi
Rabbil ‘Âlamin, Segala puji bagi
Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ yang telah menganugerahkan kita nikmat iman
dan Islam, serta mempertemukan kita di tempat yang diberkahi ini. Shalawat dan
salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan kita, Nabi Muhammad Shallallâhu
‘alaihi wasallam, beserta keluarga, sahabat, dan seluruh umatnya hingga
akhir zaman.
Bertakwalah kepada
Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ dengan sebenar-benarnya takwa sebagaimana
firman-Nya:
يٰٓاَيُّهَا
الَّذِيْنَ
اٰمَنُوا
اتَّقُوا
اللّٰهَ
حَقَّ
تُقٰىتِهٖ
وَلَا
تَمُوْتُنَّ
اِلَّا
وَاَنْتُمْ
مُّسْلِمُوْنَ
“Wahai
orang-orang yang beriman, bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benar takwa
kepada-Nya dan janganlah kamu mati kecuali dalam keadaan muslim.” (QS.
Âli Imrân [3]: 102)
Sungguh takwa
adalah benteng terakhir kita di tengah kehidupan akhir zaman saat ini. Dan
sungguh, hanya dengan takwa kita akan selamat di dunia dan akhirat.
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullâh,
Sebentar lagi kita akan meninggalkan bulan Ramadhan yang penuh berkah
dan menyambut hari kemenangan, Idul Fitri. Ini adalah momen kebahagiaan bagi
kaum Muslimin, bukan hanya karena kita kembali berbuka, tetapi juga karena
Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ menjanjikan dua kebahagiaan bagi orang
yang berpuasa: kebahagiaan saat berbuka dan kebahagiaan saat bertemu dengan-Nya
di Akhirat (HR. al-Bukhari dan Muslim).
Namun, kebahagiaan sejati bukan sekadar keberhasilan menahan lapar dan
dahaga, melainkan ketika kita benar-benar mencapai derajat ketakwaan yang
menjadi tujuan utama puasa (QS. al-Baqarah [2]: 183).
Sayangnya, kebahagiaan ini masih bercampur dengan kesedihan karena umat
Islam masih hidup dalam sistem kapitalisme-sekuler yang mencabut keberkahan dan
menjauhkan dari cahaya Islam. Negeri ini dirundung berbagai kezaliman:
eksploitasi sumber daya alam oleh oligarki, korupsi yang menggerogoti ekonomi,
kemiskinan yang makin parah, hingga dekadensi moral yang merajalela. Semua ini
adalah akibat manusia yang menjauh dari aturan Allah:
ظَهَرَ
الْفَسَادُ
فِى الْبَرِّ
وَالْبَحْرِ بِمَا
كَسَبَتْ
اَيْدِى
النَّاسِ
لِيُذِيْقَهُمْ
بَعْضَ
الَّذِيْ
عَمِلُوْا
لَعَلَّهُمْ
يَرْجِعُوْنَ
”Telah nyata kerusakan, di daratan dan di lautan,
karena ulah manusia. Dengan (kerusakan) itu Allah berkehendak agar manusia
dapat merasakan sebagian akibat dari ulah mereka itu. Mudah-mudahan (dengan
itu) mereka kembali (taat kepada Allah).” (QS. ar-Ruum [30]: 41).
Di tengah takbir yang akan segera kita kumandangkan, penderitaan umat
Islam di berbagai belahan dunia masih berlangsung. Di Palestina, di Ramadhan
ini Zionis Yahudi mengingkari perjanjian gencatan senjata dan menyerang kembali
Gaza secara membabi buta. Derita yang sama dialami saudara kita di Myanmar dan
Xinjiang, Cina.
Mereka tak ada yang menolong. Mereka berjuang sendiri. Sementara
penguasa-penguasa Muslim yang bisa menggerakkan tentara untuk membela mereka,
hanya menonton penderitaan mereka sambil berpesta di istana-istananya.
Sungguh kegelapan masih memayungi kehidupan umat ini. Sampai kapan
kondisi ini akan berakhir? Sampai kapan kegelapan ini akan sirna?
Hadirin jama’ah jum’ah rahimakumullâh,
Berakhirnya Ramadhan mestinya menjadi momentum bagi kita untuk sadar,
bahwa kita harus bangkit. Kita harus tinggalkan berbagai aturan manusia yang
membuat negeri kaum Muslim tercerai berai dan penuh derita.
Cukup sudah kita berkubang dalam lumpur kemaksiatan terbesar, yakni
mengatur kehidupan dengan sistem kapitalisme-sekuler. Kita harus segera keluar
dari kegelapan dunia ini menuju cahaya Islam yang menerangi.
Caranya tidak lain dengan bersegera menerapkan hukum-hukum al-Quran.
Cukuplah firman Allah Subhânahu Wa Ta’âlâ berikut menjadi
alasan:
اَفَحُكْمَ
الْجَاهِلِيَّةِ
يَبْغُوْنَۗ
وَمَنْ
اَحْسَنُ
مِنَ اللّٰهِ
حُكْمًا لِّقَوْمٍ
يُّوْقِنُوْنَ
”Apakah sistem hukum jahiliah yang mereka kehendaki?
(Hukum) siapakah yang lebih baik hukumnya dibandingkan dengan (hukum) Allah
bagi kaum yang yakin?” (QS. al-Mâidah [5]: 50).
Islam diturunkan sebagai cahaya yang membimbing umat manusia dari
kegelapan menuju kehidupan yang mulia. Al-Qur’an bukan sekadar bacaan, tetapi
pedoman hidup yang mengatur seluruh aspek kehidupan manusia. Allah berfirman:
الۤرٰۗ
كِتٰبٌ
اَنْزَلْنٰهُ
اِلَيْكَ
لِتُخْرِجَ
النَّاسَ
مِنَ
الظُّلُمٰتِ
اِلَى
النُّوْرِ ەۙ
بِاِذْنِ
رَبِّهِمْ
اِلٰى
صِرَاطِ الْعَزِيْزِ
الْحَمِيْدِۙ
”Alif, laam raa.
(Ini adalah) Kitab yang Kami turunkan kepadamu supaya kamu mengeluarkan manusia
dari gelap gulita kepada cahaya terang benderang dengan izin Tuhan mereka,
(yaitu) menuju jalan Tuhan Yang Maha Perkasa lagi Maha Terpuji.” (QS. Ibrâhim [14]: 1)
Sejarah telah mencatat bagaimana Rasulullah Shallallâhu ‘alaihi
wasallam dengan Al-Qur’an berhasil mengubah bangsa Arab dari
keterbelakangan menjadi pemimpin dunia. Dari kaum yang buta huruf dan penyembah
berhala, mereka bertransformasi menjadi umat yang unggul dalam ilmu, peradaban,
dan keimanan. Islam kemudian menyebar ke berbagai penjuru dunia, membebaskan
manusia dari kezaliman dan membawa keadilan bagi semua. Dan inilah janji Allah
kepada kita:
وَلَوْ
أَنَّ أَهْلَ ٱلْقُرَىٰٓ
ءَامَنُوا۟
وَٱتَّقَوْا۟
لَفَتَحْنَا
عَلَيْهِم
بَرَكَٰتٍ
مِّنَ ٱلسَّمَآءِ
وَٱلْأَرْضِ
وَلَٰكِن
كَذَّبُوا۟
فَأَخَذْنَٰهُم
بِمَا
كَانُوا۟ يَكْسِبُونَ
”Jikalau sekiranya
penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan buka atas
mereka berbagai keberkahan dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan
(ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.” (QS. Al-A’râf [7]: 96)
Hadirin jama’ah
jum’ah rahimakumullâh
Karena itu, hanya dengan menerapkan syariah Islam secara menyeluruh,
umat ini dapat keluar dari kegelapan peradaban kapitalisme-sekuler dan meraih
kembali kejayaan sebagaimana yang telah dicontohkan dalam sejarah Islam. Allah Subhânahu
Wa Ta’âlâ telah menurunkan al-Quran sebagai pedoman
hidup yang penuh berkah, sebagaimana firman-Nya yang artinya: ”Inilah Kitab
al-Quran yang telah Kami turunkan dengan penuh keberkahan. Karena itu ikutilah
al-Quran dan takutlah kalian (dari upaya menyelisihi al-Quran) agar kalian
dirahmati (oleh Allah)” (QS. al-An’âm [6]: 155). Maka, sudah seharusnya kita menjadikan al-Quran
sebagai landasan utama dalam setiap aspek kehidupan, baik secara individu,
masyarakat, maupun dalam pemerintahan.
Oleh karena itu, sudah saatnya kita menyongsong kembali cahaya Islam,
menegakkan kembali hukum-hukum Allah, dan mengembalikan ‘izzah kaum Muslimin
dengan menegakkan Khilafah ‘alâ minhâj an-Nubuwwah sebagai pelaksana hukum
Al-Quran. []
بَارَكَ
اللهُ لِيْ
وَلَكُمْ فِى
اْلقُرْآنِ
اْلعَظِيْمِ،
وَنَفَعَنِيْ
وَإِيَّاكُمْ
بِمَا فِيْهِ
مِنَ
الْآيَاتِ
وَالذِّكْرِ
الْحَكِيمِ
وَتَقَبَّلَ
اللهُ مِنَّا
وَمِنْكُمْ
تِلاَوَتَهُ
وَإِنَّهُ هُوَ
السَّمِيْعُ
العَلِيْمُ،
وَأَقُوْلُ
قَوْلِيْ
هَذَا
فَأسْتَغْفِرُ
اللهَ
العَظِيْمَ
إِنَّهُ هُوَ
الغَفُوْرُ
الرَّحِيْمُ
KHUTBAH
KEDUA
اَلْحَمْدُ
لِلهِ عَلىَ
إِحْسَانِهِ،
وَالشُّكْرُ
لَهُ عَلَى
تَوْفِيْقِهِ
وَاِمْتِنَانِهِ،
وَأَشْهَدُ
أَنْ لاَ
اِلٰهَ إِلاَّ
اللهُ
وَحْدَهُ لاَ
شَرِيْكَ
لَهُ، وَأَشْهَدُ
أنَّ
سَيِّدَنَا
مُحَمَّدًا
عَبْدُهُ
وَرَسُوْلُهُ
الدَّاعِى
إِلَى رِضْوَانِهِ،
اللهُمَّ
صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ
وَعَلَى
اٰلِهِ
وَأَصْحَابِهِ
وَسَلِّمْ
تَسْلِيْمًا
كَثِيْرًا. أَمَّا
بَعْدُ؛
فَياَ
اَيُّهَا
النَّاسُ اِتَّقُواللّٰهَ
فِيْمَا
أَمَرَ
وَانْتَهُوْا
عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا
أَنَّ اللهَ
أَمَرَكُمْ
بِأَمْرٍ
بَدَأَ
فِيْهِ بِنَفْسِهِ
وَثَـنَّى
بِمَلآ
ئِكَتِهِ
الْمُسَبِّحَةِ
بِقُدْسِهِ،
وَقَالَ
تَعاَلَى:
إِنَّ اللهَ
وَمَلآئِكَتَهُ
يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى
يآ اَيُّهَا
الَّذِيْنَ
آمَنُوْا
صَلُّوْا
عَلَيْهِ
وَسَلِّمُوْا
تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ
صَلِّ عَلَى
سَيِّدِنَا
مُحَمَّدٍ
وَعَلَى آلِ
سَيِّدِناَ
مُحَمَّدٍ،
وَعَلَى
اَنْبِيآئِكَ
وَرُسُلِكَ
وَمَلآئِكَةِ
اْلمُقَرَّبِيْنَ،
وَارْضَ
اللهُمَّ
عَنِ
اْلخُلَفَاءِ
الرَّاشِدِيْنَ،
أَبِى بَكْرٍ
وَعُمَرَ
وَعُثْمَانَ
وَعَلِي،
وَعَنْ
بَقِيَّةِ
الصَّحَابَةِ
وَالتَّابِعِيْنَ،
وَتَابِعِي
التَّابِعِيْنَ
لَهُمْ
بِاِحْسَانٍ
اِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ،
وَارْضَ
عَنَّا
مَعَهُمْ
بِرَحْمَتِكَ
يَا أَرْحَمَ
الرَّاحِمِيْنَ.
اللهُمَّ
اغْفِرْ
لِلْمُؤْمِنِيْنَ
وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ
وَاْلمُسْلِمَاتِ
اَلاَحْيآءَ
مِنْهُمْ
وَاْلاَمْوَاتِ،
اللهُمَّ
أَعِزَّ
اْلإِسْلاَمَ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ،
وَأَذِلَّ
الشِّرْكَ
وَاْلمُشْرِكِيْنَ،
وَانْصُرْ
عِبَادَكَ
اْلمُوَحِّدِيْنَ،
وَانْصُرْ
مَنْ نَصَرَ
الدِّيْنَ،
وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ،
وَدَمِّرْ
أَعْدَاءَ الدِّيْنِ،
وَاعْلِ
كَلِمَاتِكَ
إِلَى يَوْمِ
الدِّيْنِ.
اللهُمَّ
ادْفَعْ
عَنَّا
الْغَلَاءَ
وَاْلبَلاَءَ
وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ
وَاْلمِحَنَ،
وَسُوْءَ
اْلفِتْنَةِ
وَاْلمِحَنَ
مَا ظَهَرَ
مِنْهَا
وَمَا
بَطَنَ، عَنْ
بَلَدِنَا
اِنْدُونِيْسِيَّا
خآصَّةً
وَسَائِرِ
بُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ
عآمَّةً يَا رَبَّ
اْلعَالَمِيْنَ،
رَبَّنَا
آتِناَ فِى
الدُّنْيَا
حَسَنَةً
وَفِى
اْلآخِرَةِ حَسَنَةً
وَقِنَا عَذَابَ
النَّارِ،
رَبَّنَا
ظَلَمْنَا
اَنْفُسَنَا
وَإنْ لَمْ
تَغْفِرْ
لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ
مِنَ
اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَ
اللهِ ! إِنَّ
اللهَ
يَأْمُرُ
بِاْلعَدْلِ
وَاْلإِحْسَانِ
وَإِيْتآءِ
ذِي
اْلقُرْبىَ
وَيَنْهَى
عَنِ
اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ
وَاْلبَغْي
يَعِظُكُمْ
لَعَلَّكُمْ
تَذَكَّرُوْنَ،
وَاذْكُرُوا
اللهَ
اْلعَظِيْمَ
يَذْكُرْكُمْ،
وَاسْأَلُوْهُ
مِنْ
فَضْلِهِ
يُعْطِكُمْ،
وَاشْكُرُوْهُ
عَلىَ
نِعَمِهِ
يَزِدْكُمْ،
وَلَذِكْرُ
اللهِ
أَكْبَرْ