Seruan Masjid

Khadimul Ummah wa Du'at

Buah Ramadhan: Taat Syariah

Buah Ramadhan: Taat Syariah

BUAH RAMADHAN: TAAT SYARIAH

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،

 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى :

 يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوا ادْخُلُوْا فِى السِّلْمِ كَاۤفَّةً ۖوَّلَا تَتَّبِعُوْا خُطُوٰتِ الشَّيْطٰنِۗ اِنَّهٗ لَكُمْ عَدُوٌّ مُّبِيْنٌ ‏

(QS al-Baqarah [2]: 208)

 

Alhamdulillah, segala puji bagi Allah subhanahu wa ta’ala, Tuhan semesta alam. Shalawat dan salam semoga senantiasa dilimpahkan kepada sayyidu al-anbiyâ wa al-mursalîn, Rasulullah Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, beserta keluarga, para shahabatnya, dan seluruh umatnya yang senantiasa menaati risalahnya, serta berjuang tak kenal lelah untuk menerapkan dan menyebarluaskannya ke seluruh pelosok dunia hingga akhir zaman.

 

Bertakwalah kepada Allah, laksanakan semua perintah-Nya dan jauhi segala larangan-Nya dengan segenap ketundukan. Sungguh, takwa adalah jalan menuju kebahagiaan, dunia dan akhirat.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Sebulan sudah kita berpuasa. Pertanyaannya, adakah perubahan mendasar pada diri kita terkait ketakwaan kita? Meningkatkah takwa kita?

Untuk mengetahui kualitas ketakwaan kita, dapat kita kembalikan pada bagaimana sikap dan ketaatan kita terhadap berbagai perintah dan larangan dari Allah subhanahu wa ta’ala. 

 

Misalnya, ketika Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan pelaksanaan hukum qishaash, sebagaimana tertuang dalam Qur’an  Surah Al-Baqarah 178:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الْقِصَاصُ فِى الْقَتْلٰىۗ

“Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu qishaash berkenaan dengan orang-orang yang dibunuh,..”

 

Bagaimana sikap kita? Apakah kita siap untuk menaatinya? Atau, justru akan tetap mengabaikannya dan tidak peduli terhadap kewajiban  tersebut? Padahal hikmah dari diwajibkannya menjalankan qishaash tersebut juga sama dengan pengamalan puasa, yaitu agar kita menjadi orang yang bertakwa. Perhatikan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَلَكُمْ فِى الْقِصَاصِ حَيٰوةٌ يّٰٓاُولِى الْاَلْبَابِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَ

“Dan dalam qishaash itu ada (jaminan kelangsungan) hidup bagimu, hai orang-orang yang berakal, supaya kamu bertakwa” (TQS al-Baqarah [2]: 179).

 

Demikian pula, ketika ada larangan Allah, siapkah kita menjauhinya? Misalnya, pengharaman riba, sebagaimana tertuang dalam Quran  Surah Al-baqarah 275:

وَاَحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبٰواۗ

“..padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba”.

 

Sudahkah kita meninggalkannya? Atau mencari-cari alasan agar tetap bisa mengambil riba?

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Jika kita mau jujur, ternyata masih banyak perintah Allah subhanahu wa ta’ala yang belum diamalkan dan berbagai larangan Allah yang masih dilanggar, terutama syariat Islam yang berkaitan dengan pengaturan kehidupan bermasyarakat dan bernegara, baik dalam bidang pemerintahan, ekonomi, sosial, hukum pidana, pendidikan, politik luar negeri dan sebagainya.

 

Padahal pengabaian syariah Islam dalam kehidupan kita inilah yang menyebabkan kehidupan kaum Muslimin saat ini menjadi terpuruk, terjajah, hancur dan tertindas. Baik di negeri ini maupun di negeri Muslim yang lain. Umat Islam telah banyak menyimpang dari aturan Allah subhanahu wa ta’ala atau berpaling dari Al-Qur’an. Keadaan itu telah diterangkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala dalam Qur’an Surah Thaha 124:

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى

“Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku maka sesungguhnya baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan mengumpulkan dia pada Hari Kiamat nanti dalam keadaan buta…”.

 

Menurut Imam Ibnu Katsir makna “berpaling dari peringatan-Ku” adalah: menyalahi perintah-Ku dan apa yang Aku turunkan kepada Rasul-Ku, melupakannya dan mengambil petunjuk dari selainnya (Tafsir al-Quran al-‘Azhim, V/323).

 

Sedangkan penghidupan yang sempit tidak lain adalah kehidupan yang semakin miskin, melarat, sengsara, menderita, terjajah, teraniaya, tertindas dan sebagainya, sebagaimana yang dapat kita saksikan dan kita rasakan sekarang ini.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Ramadhan mestinya menghasilkan buah yang enak. Itulah ketaatan hakiki. Muncul sosok-sosok Muslim yang memiliki sifat dan karakter sebagai khairu ummah, umat terbaik.

 

Pembelajaran puasa sebulan penuh, menunjukkan kepada kita bahwa kita ini bisa menjalankan perintah Allah dalam kondisi apapun, selama kita mau dan memiliki niat kuat.

 

Karena itu, usai Ramadhan harus menjadi pembuktian kita semua bahwa kita ini adalah umat yang layak dan berhak untuk disebut sebagai umat yang bertakwa di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala, umat terbaik dari segala umat karena ketaatan kita kepada Allah dan Rasul-Nya melalui penerapan syariah Islam secara kaffah.

[]

 

 

 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

 

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Khutbah Gerhana Matahari 1444H/2023

Khutbah Gerhana Matahari 1444H/2023

KHUTBAH GERHANA MATAHARI 1444H/2023

KHUTBAH PERTAMA

 

السلام عليكم ورحمة الله وبركاته

الْحَمْدُ لِلَّهِ الَّذِي هَدَانَا لِهَذَا وَمَا كُنَّا لِنَهْتَدِيَ لَوْلَا أَنْ هَدَانَا اللَّهُ. أَشْهَدُ أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ، صَدَقَ وَعْدَهُ، وَنَصَرَ عَبْدَهُ، وَأَعَزَّ جُنْدَهُ، وَهَزَمَ اْلأَحْزَابَ وَحْدَهُ، وَهُوَ الْقَائِلُ سُبْحَانَهُ: ﴿وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ﴾ [سورة فصلت: 37]، وَأَشْهَدُ أَنْ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ وَهُوَ خَيْرُ الْبَشَرِ، وَصَاحِبُ الْحَوْضِ الْكَوْثَرِ،صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَعَلَى آلِهِ الْمُطَهَّرِ، وَعَلَى مَنْ صَاحَبَهُ وَأَزَرَهُ وَوَقَرَ، وَعَلَى التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِإِحْسَانٍ فِيْ كُلِّ أَثَرٍ، إِلَى يَوْمِ الْمَحْشَرِ.

أَمَّا بَعْدُ، فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

 

Hadirin jamaah shalat gerhana yang dimuliakan Allah!

Hari ini, sekali lagi Allah subhanahu wa ta’ala telah menunjukkan kebesaran-Nya kepada kita, dengan terjadinya gerhana matahari. Pertanda apakah ini? Tahukah kita, bahwa di zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya terjadi gerhana sekali?

 

‘Aisyah RA menuturkan, bahwa pada zaman Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam hanya terjadi gerhana sekali. Itu terjadi, persis setelah wafatnya putra Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, yaitu Sayyidina Ibrahim. Orang kemudian menghubung-hubungkan wafatnya putra Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam itu dengan gerhana yang terjadi, padahal keduanya tidak ada kaitannya. Karena itu, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

إنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ تنْخَسِفَانِ لِمَوتِ أَحَدٍ، وَلاَ لِحَيَاتِهِ، فَإذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللهَ وَكَبَّرُوْا وَصَلُّوْا وَتَصَدَّقُوْا

“Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika kamu melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kamu kepada Allah, bertakbirlah kamu, kerjakanlah shalat, dan bersedekahlah.” [HR. Bukhari]

 

Hadirin jamaah shalat gerhana yang dimuliakan Allah!

Memang benar, gerhana adalah tanda-tanda kebesaran Allah, yang ditunjukkan kepada umat manusia, agar manusia menyadari siapa dirinya, bahwa sehebat apapun dia, dengan segala kekuasaan dan apapun yang dimilikinya, dia tetaplah manusia. Hanya kepada Allah, hendaknya manusia menyembah, dan mengabdikan dirinya. Bukan kepada yang lain, baik kepada sesama manusia, maupun kepada mahatari dan bulan. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ ۚ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

“Di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya adalah terjadinya malam dan siang, terbitnya matahari dan bulan. Maka, janganlah kalian sujud kepada matahari dan bulan, tetapi sujudlah kepada Allah, Dzat yang Menciptakan semuanya itu, jika kalian benar-benar hanya beribadah kepada-Nya.” (TQS Fushshilat [41]: 37)

 

Matahari dan bulan mempunyai orbitnya sendiri, dan berputar, seolah-olah terjadi secara alami dengan sendirinya. Padahal, semuanya itu tidak terjadi, kecuali atas kehendak dan pengaturan dari Allah subhanahu wa ta’ala. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَالشَّمْسُ تَجْرِي لِمُسْتَقَرٍّ لَّهَا ۚ ذَٰلِكَ تَقْدِيرُ الْعَزِيزِ الْعَلِيمِ

“Matahari [juga bulan] itu berjalan mengikuti tempat orbitnya. Itu merupakan ketentuan Dzat yang Maha Perkasa lagi Maha Tahu.” (TQS Yasin [36]: 38)

 

Karena itu, terjadinya gerhana matahari dan bulan, sekali lagi adalah tanda-tanda kekuasaan Allah. Dengan kata lain, jika Allah berkehendak, kapan saja Allah subhanahu wa ta’ala bisa membolak-balik peredaran matahari dan bulan, dan bahkan menghentikannya.

 

Hadirin jamaah shalat gerhana yang dimuliakan Allah!

Gerhana matahari dan bulan bukan hanya tanda-tanda kekuasaan Allah biasa, tetapi juga merupakan tanda-tanda terjadinya Hari Kiamat. Ketika Hari Kiamat tiba nanti, salah satu tandanya adalah terjadi gerhana, sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:  

يَسْأَلُ أَيَّانَ يَوْمُ الْقِيَامَةِ، فَإِذَا بَرِقَ الْبَصَرُ، وَخَسَفَ الْقَمَرُ، وَجُمِعَ الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ، يَقُولُ الْإِنسَانُ يَوْمَئِذٍ أَيْنَ الْمَفَرُّ، كَلَّا لَا وَزَرَ، إِلَىٰ رَبِّكَ يَوْمَئِذٍ الْمُسْتَقَرُّ

“Ia berkata, “Bilakah Hari Kiamat itu?”, maka apabila mata terbelalak (ketakutan), dan apabila bulan telah hilang cahayanya, dan ketika matahari dan bulan dikumpulkan [mengalami gerhana], pada hari itu manusia berkata, “Ke manakah tempat berlari?” Sekali-kali tidak! Tidak ada tempat berlindung! Hanya kepada Tuhanmu sajalah pada hari itu tempat kembali.” (TQS al-Qiyamah [75]: 6-12).

 

Itulah mengapa, saat terjadinya gerhana, sikap yang ditunjukkan  Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam adalah perasaan takut, gemetar, dan bergegas, sambil mengangkat jubahnya, menuju ke rumah Allah. Seolah-olah, langit dan bumi akan digulung, dan seolah Hari Kiamat telah tiba. Dalam riwayat Imam Al-Bukhari, dari Abu Musa al-Asy’ari RA, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda :

فَإِذَا رَأَيْتُمْ شَيْئًا مِنْ ذَلِكَ فَافْزَعُوا إِلَى ذِكْرِهِ وَدُعَائِهِ وَاسْتِغْفَارِهِ

Jika kalian melihat sesuatu dari gerhana itu, maka bersegeralah kalian dengan gemetar [penuh rasa takut] untuk mengingat-Nya, berdoa kepada-Nya dan meminta ampun kepada-Nya.” (HR. Bukhari, Shahih al-Bukhari, Juz IV/184)

 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam juga bersabda:

وَاللَّهِ لَوْ تَعْلَمُونَ مَا أَعْلَمُ لَضَحِكْتُمْ قَلِيلاً وَلَبَكَيْتُمْ كَثِيرًا

“Demi Allah, jika kalian mengetahui yang aku ketahui, niscaya kalian akan sedikit tertawa dan banyak menangis.” (HR Bukhari, no. 1044; Muslim, no 901).

 

Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah ditunjukkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala betapa dahsyatnya huru-hara Hari Kiamat nanti, karena itu Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pun banyak menangis, meski pun Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah diampuni segala kesalahannya, baik yang telah, sedang maupun yang akan datang, tetapi Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam tetap memohon ampunan tak kurang dari 100 kali dalam sehari semalam. Air mata Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam pun tumpah, hingga membasahi lantai, untuk meminta ampunan dari Rabb-nya.

 

Padahal,  Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam telah mengemban risalah-Nya dengan sempurna, menunaikan amanah, memberikan nasihat kepada umatnya, berdakwah dan berjihad sepanjang hayatnya. Lalu bagaimanakah dengan kita? Apa yang sudah kita lakukan untuk umat ini?

 

Apakah kita sudah mengemban dakwah, yang merupakan risalah  Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam, dengan segala tantangannya? Kalaupun sudah, apakah kita sudah pernah mengalami cercaan dan hinaan ketika mengemban dakwah seperti yang dialami oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam?  Sudah pernahkah kita mengalami gangguan fisik saat kita mengemban dakwah, seperti yang dialami Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam saat beliau bergegas keluar dari Thaif kemudian orang-orang bodoh Thaif melempari beliau dengan batu? Berapa buah batukah yang sudah merajam tubuh kita saat kita mengemban dakwah?

 

Apakah kita juga sudah memberi nasihat kepada umat, termasuk para pemimpinnya seperti yang dilakukan oleh Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam?  Ataukah kita justru takut dan gentar, lalu tidak memberi nasihat kepada umat, tidak memberi nasihat kepada pemimpinnya, ketika kita menghadapi pemimpin yang zalim dan kejam seperti sekarang, yang sangat anti kepada Syariah kaffah, yang sangat tega melakukan kriminalisasi kepada para pengemban dakwah yang ikhlas?

 

Apakah kita juga sudah berjihad, sebagaimana  Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam? Apakah kita sudah pernah mengalami luka-luka dalam berjihad, seperti yang pernah dialami Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam Perang Uhud misalnya? Sungguh, Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam mengalami luka yang cukup serius di Perang Uhud ini. Gigi beliau patah, bibir bawahnya dan keningnya robek, dua mata besi telah masuk melukai pipi beliau yang mulia, yang kemudian dicabut oleh Abu Ubaidah bin Jarrah dengan giginya hingga copot karena sangat dalamnya besi tersebut menancap pada wajah beliau. Sudahkah kita pernah berjihad seperti ini? Sudahkah? Ataukah kita justru kita menjadi pengecut dan penakut ketika penguasa yang sekuler menghapuskan kurikulum jihad dari sistem pendidikan kita?

 

Sesungguhnya kita harus melakukan muhasabah terhadap kita sendiri. Mungkin saja selama ini kita kurang serius dalam mengemban dakwah dan risalah Islam. Mungkin juga kita tak pernah memberi nasihat kepada umat, termasuk para pemimpinnya, karena alasan takut rezeqi akan macet atau takut ajal kita segera sampai kalau kita menasehati pemimpin yang zalim. 

 

Apatah lagi berjihad, mungkin kita belum pernah terjun sekali pun dalam medan jihad sebagaimana Nabi Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Sikap lalai dalam menjalankan amanah mengemban dakwah, menasehati umat, dan berjihad seperti ini, semuanya ini sungguh dapat menghalangi kita untuk dapat masuk surga-Nya, dan justru dapat menyeret kita masuk ke neraka-Nya. Betapa berat hisab kita kelak di hadapan-Nya.

 

Yang lebih parah lagi, kita mungkin belum merasa bersalah, sehingga oleh karenanya, kita belum pernah bersungguh-sungguh memohon ampunan dari-Nya, menginsafi dan menyesali kelemahan, kesalahan, dan dosa kita. Kita mungkin belum pula berkomitmen untuk tak mengulangi semua kesalahan itu.

 

Wahai kaum Muslimin, jamaah sholat gerhana yang dirahmati Allah, maka inilah saatnya!

Bersegeralah untuk mendapatkan ampunan Tuhanmu, dan menggapai surga-Nya, yang luasnya seluas langit dan bumi. Firman Allah subhanahu wa ta’ala:

وَسَارِعُوْٓا اِلٰى مَغْفِرَةٍ مِّنْ رَّبِّكُمْ وَجَنَّةٍ عَرْضُهَا السَّمٰوٰتُ وَالْاَرْضُۙ اُعِدَّتْ لِلْمُتَّقِيْنَۙ

“Dan bersegeralah kamu mencari ampunan dari Tuhanmu dan mendapatkan surga yang luasnya seluas langit dan bumi yang disediakan bagi orang-orang yang bertakwa.” (TQS Ali ‘Imran [3]: 133).

 

Laksanakanlah amanah mengemban dakwah dengan sungguh-sungguh, tegakkanlah nasehat kepada umat dan kepada para pemimpin yang zalim yang menyimpang dari syariah Allah! Bersiaplah kalian untuk terjun ke dalam medan jihad fi sabililah, jika saatnya tiba kelak ketika Amirul Mukminin dalam negara Khilafah menyerukannya!

 

Segera tolonglah Allah dan Rasul-Nya. Tolonglah agama-Nya. Tolonglah para pejuang yang memperjuangkan tegaknya agama-Nya agar tegak di muka bumi ini dengan kaffah (tegak secara keseluruhan), termasuk para pejuang yang memperjuangkan tegaknya syariah dan Khilafah.

 

Dengan cara seperti itulah, Allah subhanahu wa ta’ala benar-benar akan memberikan ampunan kepada kita. Itulah yang akan meringankan hisab kita di hadapan-Nya, di suatu hari yang ketika anak, harta dan jabatan tak lagi berguna bagi kita. Fafirru ila-Llah! Berlarilah, segeralah menemui Allah! []

 

 

بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِي الْقُرْآنِ الْعَظِيْمِ, وَنَفَعَنِيْ وَإِيَّاكُمْ بِمَا فِيْهِ مِنَ الآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيْمِ, وَتَقَبَّلَ مِنِّيْ وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ الْعَلِيْمُ. أَقُوْلُ قَوْلِيْ هَذَا وَاسْتَغْفِرُ اللهَ الْعَظِيْمَ لِيْ وَلَكُمْ فَاسْتَغْفِرُوْهُ، إِنَّهُ هُوَ الْغَفُوْرُ الرَّحِيْمُ

 

 

KHUTBAH KEDUA

الحمد لله الذي أَرْسَلَ رَسُولَهُ بِالْهُدَىٰ وَدِينِ الْحَقِّ لِيُظْهِرَهُ عَلَى الدِّينِ كُلِّهِ. اَلْحَمْدُ للهِ الَّذِيْ كَرَّمَ هَذهِ اِ مُةَّ بِشَريِعْتَهِ اِلكْاَملِة،ِ وخَصَّ بهِاَ بنِبُوُةِّ نَبِيِّهِ اِلْكَرِيِمَةِ

 

اَشْهَدُ اَنَّ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ اَنَّ مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ لاَ نَبِيَا بَعْدَهُ، اَرْسَلَهُ بِرِسَالَتِهِ الْقُدْسِيَّةِ وَاَحْكَامِهِ الشَّرِيْفَةِ لِمُعَالَجَةِ كُلِّ مُشْكِلَةِ الْحَيَاةِ

وَصَلَّى اللهُ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَلِهِ وَصَحْبِهِ وَسَلَّمَ

 

فَيَا اَيُّهاَ الْمُؤْمِنُوْنَ، تَمَسَّكوا بِاْلإِسْلاَمِ فِي كُلِّ حِيْنٍ، وَ اتَّقُوْا اللهَ حَقَّ تُقَاتِهِ وَ لاَ تَمُوْتُنَّ إِلاَّ وَ أَنْتُمْ مُسْلِمُوْنَ. اَمَّا بَعْدُ: فَيَا عِبَادَ اللهِ، أُوْصِيْكُمْ وَنَفْسِيْ وَإِيَّايَ بِتَقْوَى اللهِ فَقَدْ فَازَ المُتَّقُوْنَ

 

Mari kita berdoa kepada Allah subhanahu wa ta’ala:

بِسْـمِ اللهِ الرَحْمٰنِ الرَحِيْمِ، اَلحَمْدُ ِللهِ رَبِّ اْلعَالَمِيْنَ، حَمْدًا يُوَافِى نِعَمَهُ، وَيُـدَافِعُ نِقَمَهُ وَيُكَافِئ مَزِيْدَهُ يَارَبَّـنَا لَكَ الحَمْدُ كَمَا يَنْبَغِى لِجَلاَلِ وَجْهِكَ وَعَظِيْمِ سُـلْطَانِك

اللَّهُمَّ يَارَبِّ، زَلَّتْ بِنَا الأَقْدَامُ، وَغَرِقْنَا فِي لُجَجِ الْمَعَاصِي وَالآثامِ، وَإِنّا مُقِرُّونَ بِالإِسَاءَةِ عَلَى أَنْفُسِنَا، نَرْجُو عَظِيمَ عَفْوِكَ الّذِي عَفَوْتَ بِهِ عَنْ الْخَاطِئِينَ، وَها نَحْنُ بِبابِكَ وَاقِفُونَ، وَمِنْ عَذَابِكَ خَائِفُونَ، وَلِثَوابِكَ مُؤَمِّلُونَ.. قَدْ تَعَرَّضْناَ لِعَفْوِكَ وَثَوابِكَ، فَارْحَمْ خُضُوعَنا، وَاجْبُرْ قُلُوبَنا، وَاغْفِرْ ذُنُوبَنا، وَتُبْ عَلَيْنا

اللَّهُمَّ اخْتِمْ لنا بالِصّالِحاتِ أَعْمالَنا، وَعافِنا وَاعْفُ عَنّا وَسامِحْنا، وَتَجاوَزْ عَنْ سَيّئاتِنا، وَأَبْدِلْ سَيِّئاتِنا حَسَناتٍ، فَأَنْتَ وَلِّي ذَلِكَ وَالقَّادِرُ عَلَيْهِ، وَأَنْتَ أَهْلُ التَّقْوَى وَأَهْلُ الْمَغْفِرَةِ. اللَّهُمَّ قَدْ دَعَوْناكَ طالِبِينَ، وَرَجَوْناكَ رَاغِبِينَ فَلاَ تَرُدَّنا خَائِبِينَ وَلاَ مَحْرُومِينَ يا أَرْحَمَ الرَّاحِمِينَ

 

رَبّنأ اغْفِرْ لنا وَلِوَالِدَينا وَلِلْمُؤْمِنِينَ وَالْمُؤْمِنَاتِ وَلِلْمُسْلِمِينَ وَالْمُسْلِمَاتِ الأَحْياءِ مِنْهُمْ وَالأَمْوَاتِ. اللَّهُمَّ تَقَبَّلْ مِنَّا صَالِحَ الأَعْمَالِ وَاجْعَلهَا خَالِصةً لِوَجْهِكَ الكَرِيمِ

ربَنَّاَ ظَلمَنْاَ أنَفْسُناَ، واِنْ لمْ تَغَفْرِلْنَاَ وتَرَحْمنْاَ، لَنَكُوْنَناَّ مِنَ الْخاَسِريِنَ،

رَبَّنَا لاَ تُؤَاخِذْنَا اِنْ نَسِيْنَا اَوْ اَخْطَأْنِا، رَبَّنَا وَلاَ تَحْمِلْ عَلَيْنَا اِصْرًا كَمَا حَمَلْتَهُ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِنَا، رَبَّنَا وَلاَ تُحَمِّلْنَا مَا لاَ طَاقَةَ لَنَا بِهِ، وَاعْفُوْا عَنَّا، وَاغْفِرْ لَنَا، وَارْحَمْنَا، اَنْتَ مَوْلاَنَا وَانْصُرْنَا عَلَى الْقَوْمِ الْكَافِرِيْنَ

رَبَّنَا آتِنَا فِيْ الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِيْ اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ، ربنا تقَبَّلْ منِاَّ وَاسْتَجِبْ دُعَائنَاَ إِنَّكَ أَنْتَ السَّمِيْع العْلَيِمْ وَتُبْ عَلَيْنَا إِنَّكَ اَنْتَ التَّوَّابُ الرَّحِيْمُ

وَسُبْحَانَكَ رَبِّ الْعِزَّةِ عَمَّا يَصِفُوْنَ، وَسَلامٌ عَلَى الْمُرْسَلِيْنَ، وَالْحَمْدُ لِلَّهِ رَبِّ الْعَالَمِيْنَ

 

وَالسَّلاَمُ عَلَيْكُمْ وَرَحْمَةُ اللهِ وَبَرَكَاتُهُ

Kekejaman Israel Tak Bisa Dihentikan Hanya dengan Kecaman

Kekejaman Israel Tak Bisa Dihentikan Hanya dengan Kecaman

KEKEJAMAN ISRAEL TAK BISA DIHENTIKAN HANYA DENGAN KECAMAN

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،

 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى :

 اِنَّ الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَهَاجَرُوْا وَجَاهَدُوْا بِاَمْوَالِهِمْ وَاَنْفُسِهِمْ فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَالَّذِيْنَ اٰوَوْا وَّنَصَرُوْٓا اُولٰۤىِٕكَ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَالَّذِيْنَ اٰمَنُوْا وَلَمْ يُهَاجِرُوْا مَا لَكُمْ مِّنْ وَّلَايَتِهِمْ مِّنْ شَيْءٍ حَتّٰى يُهَاجِرُوْاۚ وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ اِلَّا عَلٰى قَوْمٍۢ بَيْنَكُمْ وَبَيْنَهُمْ مِّيْثَاقٌۗ وَاللّٰهُ بِمَا تَعْمَلُوْنَ بَصِيْرٌ‏

(QS al-Anfal [8]: 72)

 

Alhamdulillah, bersyukur kepada Allah, yang masih memberikan kesempatan kita meraih amal terbaik di bulan mulia, Ramadhan. Shalawat dan salam semoga Allah senantiasa curahkan kepada baginda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Bertakwalah kepada Allah. Taatlah kepada-Nya. Jauhi segala larangan-Nya, baik dalam keadaan suka maupun duka, sempit maupun lapang. Ingatlah, takwalah yang akan menyelamatkan kita di dunia dan akhirat kelak.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Saat kita menjalankan puasa Ramadhan, tarawih bersama, berkumpul dengan keluarga, berbahagia dengan hidangan berbuka, saudara-saudara kita di Palestina dianiaya oleh tentara Israel beberapa waktu lalu. Puluhan tentara menyerbu Masjidil Aqsha, masjid kita umat Islam pada saat umat Islam  sedang menjalankan shalat tarawih di sana. Saudara-saudara kita ditembaki, dilempari granat kejut, gas air mata, dipukuli, agar keluar dari masjid tersebut.

 

Sungguh ini kebrutalan Israel yang ke sekian kalinya. Musuh Allah ini tak lagi memandang siapa yang dihadapinya. Tidak hanya orang dewasa, anak-anak pun disikatnya. Tak ada lagi rasa kemanusiaan di otak mereka.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Apa balasan atas tindakan keji Israel ini? Tidak ada! Hanya kecaman demi kecaman. Pemimpin negeri-negeri Muslim hanya ngomong doang, tanpa ada gerakan apapun. Di balik itu, mereka bergandeng tangan dengan Zionis Israel.

 

Lihatlah, tahun lalu Turki makin meningkatkan hubungannya dengan Israel dengan menambah ekspornya. Demikian pula Arab Saudi dan Indonesia menjadi mitra dagang Israel. Negari-negari Muslim seperti Uni Emirat Arab, Mesir, Maroko, Sudan, Bahrain dan Yordania malah menormalisasi hubungan diplomatiknya dengan Israel.

 

Bukankah ini pengkhianatan? Mereka lupa dengan firman Allah subhanahu wa ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَخُوْنُوا اللّٰهَ وَالرَّسُوْلَ وَتَخُوْنُوْٓا اَمٰنٰتِكُمْ وَاَنْتُمْ تَعْلَمُوْنَ

Janganlah kalian mengkhianati Allah dan Rasul serta jangan pula kalian mengkhianati amanat-amanat yang dipercayakan kepada kalian, sedangkan kalian tahu (TQS al-Anfal [8]: 27)

 

Mereka juga seperti tidak pernah membaca firman Allah subhanahu wa ta’ala:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا لَا تَتَّخِذُوا الْيَهُوْدَ وَالنَّصٰرٰٓى اَوْلِيَاۤءَ ۘ بَعْضُهُمْ اَوْلِيَاۤءُ بَعْضٍۗ وَمَنْ يَّتَوَلَّهُمْ مِّنْكُمْ فَاِنَّهٗ مِنْهُمْ ۗ اِنَّ اللّٰهَ لَا يَهْدِى الْقَوْمَ الظّٰلِمِيْنَ

Hai orang-orang yang beriman, janganlah kalian menjadikan kaum Yahudi dan Nasrani sebagai kawan bagi kalian. Sebagian mereka adalah kawan bagi sebagian yang lain. Siapa saja di antara kalian menjadikan mereka sebagai kawan, sungguh dia termasuk golongan mereka.  Sungguh Allah tidak memberikan petunjuk kepada kaum yang zalim (TQS al-Maidah [5]: 51).

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Ketahuilah, haram hukumnya berhubungan dengan Israel, negara kafir harbi fi’l[an].  Mereka secara nyata telah memerangi kaum Muslim. Kebiadaban dan kebencian Israel terhadap kaum Muslim sudah begitu terbuka.

 

Haram bergandeng tangan dengan mereka. Yang wajib dilakukan adalah memerangi dan mengusir mereka. Allah subhanahu wa ta’ala memerintahkan:

وَقَاتِلُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ الَّذِيْنَ يُقَاتِلُوْنَكُمْ وَلَا تَعْتَدُوْا ۗ

Perangilah oleh kalian di jalan Allah orang-orang yang memerangi kalian, (tetapi) janganlah kalian melampaui batas (TQS al-Baqarah [2]: 190).

 

Ingatlah, Allah subhanahu wa ta’ala juga memerintahkan untuk mengusir siapapun yang telah mengusir kaum Muslim:

وَاقْتُلُوْهُمْ حَيْثُ ثَقِفْتُمُوْهُمْ وَاَخْرِجُوْهُمْ مِّنْ حَيْثُ اَخْرَجُوْكُمْ

Perangilah mereka di mana saja kalian menjumpai mereka dan usirlah mereka dari tempat mereka telah mengusir kalian (TQS al-Baqarah [2]: 191).

 

Inilah sikap kita yang dituntunkan oleh Allah dalam Al-Qur’an. Mereka telah merebut tanah umat Islam, maka  balasannya adalah mengusir mereka dari tanah tersebut.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Selain itu, umat Islam, terutama para pemimpin negeri Islam, wajib memberikan pertolongan kepada saudara seiman. Inilah sikap yang harus ditunjukkan untuk memenuhi perintah Allah subhanahu wa ta’ala:

وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ

Jika mereka meminta pertolongan kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama maka kalian wajib memberikan pertolongan… (TQS al-Anfal [8]: 72).

 

Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam juga menyatakan haramnya menelantarkan nasib saudara seiman. Sabda beliau:

‌الْمُسْلِمُ ‌أَخُو الْمُسْلِمِ، لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ

Seorang Muslim itu adalah saudara bagi Muslim yang lain. Ia tidak boleh menzalimi dan menelantarkan saudaranya (HR Muslim).

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Ingatlah, persoalan Palestina adalah persoalan agama. Palestina adalah tanah kharijiyah, milik kaum Muslim. Kemudian kaum Muslim terikat dengan Perjanjian Umar (Al-‘Ahd al-Umariyyah) dengan kaum Nasrani Yerusalem. Perjanjian ini ditandatangani oleh Pendeta Sofronius dan Khalifah Umar bin al-Khaththab radhiallahu ‘anhu pada tahun 637 M. Di antara poin perjanjiannya adalah tidak mengizinkan kaum Yahudi lewat dan bermalam di Yerusalem. Mereka juga dilarang tinggal bersama warga Nasrani atas permintaan kaum Nasrani Yerusalem.

 

Maka ingatlah pesan Nabi Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى

Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai dan menyayangi itu bagaikan satu tubuh. Jika ada salah satu anggota tubuh yang sakit maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan demam (turut merasakan sakitnya) (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Lupakah kita dengan pesan beliau:

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عَلَى اللَّهِ مِنْ قَتْلِ مُؤْمِنٍ بِغَيْرِ حَقٍّ

Hilangnya dunia lebih ringan bagi Allah dibandingkan dengan terbunuhnya seorang Mukmin tanpa alasan yang haq (HR Nasa’i).

 

Semestinya para penguasa malu, dengan sikapnya. Lihatlah Amerika dan Eropa berbondong-bondong menolong Ukraina karena diserbut Rusia, tanpa peduli kata PBB dan dunia. Mengapa pemimpin negeri Muslim diam saja? Bagaimana mereka nanti mempertanggungjawabkan di hadapan Allah subhanahu wa ta’ala?

[]

 

 

 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

 

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Al-Quran Pembawa Perubahan Menuju Kemuliaan

Al-Quran Pembawa Perubahan Menuju Kemuliaan

AL-QURAN PEMBAWA PERUBAHAN MENUJU KEMULIAAN

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،

 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى :

 وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ‏

(QS al-A’raf [7]: 96)

 

Alhamdulillah, Allah masih karuniakan nikmat iman dan Islam hingga di bulan Ramadhan ini. Shalawat dan salam semoga senantiasa Allah curahkan kepada junjungan alam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Bertakwalah kepada Allah. Inilah bulan ketika Allah menggembleng kita kaum Muslim untuk meningkatkan ketakwaan kita. Bila yang halal saja bisa kita tinggalkan di bulan Ramadhan, mestinya yang haram pun bisa kita tinggalkan di bulan-bulan berikutnya.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Ramadhan adalah bulan istimewa. Di bulan ini Allah turunkan Al-Qur’an. Inilah petunjuk bagi umat manusia agar bisa mengarungi dunia dengan selamat.

 

Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِيْٓ اُنْزِلَ فِيْهِ الْقُرْاٰنُ هُدًى لِّلنَّاسِ وَبَيِّنٰتٍ مِّنَ الْهُدٰى وَالْفُرْقَانِۚ

Bulan Ramadhan adalah bulan yang di dalamnya al-Quran diturunkan, sebagai petunjuk bagi manusia, yang mengandung berbagai penjelasan atas petunjuk tersebut, sekaligus sebagai pembeda (haq dan batil) (TQS al-Baqarah [2]: 185).

 

Lebih dari itu, Al-Qur’an pun turun pada malam yang juga sangat istimewa, yakni Lailatul Qadar. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

اِنَّآ اَنْزَلْنٰهُ فِيْ لَيْلَةِ الْقَدْرِ

Sungguh Kami menurunkan al-Quran pada saat Lailatul al-Qadar (TQS al-Qadr [97]: 1).

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Turunnya al-Quran sesungguhnya adalah peristiwa yang amat dahsyat. Inilah yang terkandung dalam firman Allah:

لَوْ اَنْزَلْنَا هٰذَا الْقُرْاٰنَ عَلٰى جَبَلٍ لَّرَاَيْتَهٗ خَاشِعًا مُّتَصَدِّعًا مِّنْ خَشْيَةِ اللّٰهِ ۗوَتِلْكَ الْاَمْثَالُ نَضْرِبُهَا لِلنَّاسِ لَعَلَّهُمْ يَتَفَكَّرُوْنَ

Andai al-Quran ini Kami turunkan di atas gunung, kamu (Muhammad) pasti menyaksikan gunung itu tunduk dan pecah berkeping-keping karena takut kepada Allah. Perumpamaan itu Kami buat untuk manusia agar mereka mau berpikir (TQS al-Hasyr [59]: 21).

 

Saat menafsirkan ayat ini, Imam ath-Thabari menyatakan, “Gunung itu tunduk dan terpecah-belah karena begitu takutnya kepada Allah meskipun gunung itu amat keras. Tidak lain karena gunung tersebut sangat khawatir tidak sanggup menunaikan hak-hak Allah yang diwajibkan atas dirinya, yakni mengagungkan al-Quran.” (Ath-Thabari, Jami’ al-Bayan fii Ta’wil al-Qur’an, 23/300).

 

Adapun Imam al-Baidhawi menafsirkan ayat ini dengan menyatakan, “Ayat ini merupakan gambaran betapa besarnya kehebatan dan pengaruh al-Quran.” (Al-Baidhawi, Anwaar at-Tanziil wa Asraar at-Ta’wiil, 3/479).

 

Karena itulah, menurut Abu Hayan al-Andalusi, ayat ini merupakan celaan kepada manusia yang keras hati dan perasaannya tidak terpengaruh sedikit pun oleh Al-Qur’an. Padahal jika gunung yang tegak dan kokoh saja pasti tunduk dan patuh pada Al-Qur’an, sejatinya manusia lebih layak untuk tunduk dan patuh pada al-Qur’an (Abu Hayan al-Andalusi, Bahr al-Muhiith, 8/251).

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Sejarah membuktikan bahwa Al-Qur’an benar-benar membawa perubahan besar bagi umat manusia. Bangsa Arab yang dulu dipenuhi dengan kebodohan dan kezaliman serta beragam kemaksiatan seperti perzinaan, perjudian, mabuk-mabukan, penipuan dalam jual-beli, riba, pembunuhan terhadap bayi-bayi yang baru lahir, peperangan antarsuku, dan lain-lain; berubah total dengan Al-Qur’an.

 

Dengan bimbingan langsung Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam, mereka berubah 180 derajat. Dari kegelapan menuju cahaya. Dari kejahiliyahan menuju kemuliaan. Dari kebiadaban menuju keadaban. Dari sebuah bangsa yang tidak diperhitungkan menjadi bangsa yang memimpin peradaban selama rentang waktu yang amat panjang, 14 abad lamanya.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Semua pencapaian kemajuan perabadan Islam dan kaum Muslim selama berabad-abad itu tentu berkat Al-Qur’an. Ini pun diakui bahkan oleh para cendekiawan Barat sendiri. “Hendaklah diingat, Al-Qur’an memegang peranan yang lebih besar bagi kaum Muslim daripada Bibel dalam agama Kristen…Sungguh, sebuah kitab seperti ini patut dibaca secara meluas di Barat, terutama di masa kini…” (E. Denisen Ross, seperti dikutip dalam buku Kekaguman Dunia Terhadap Islam).

 

Prof G Margoliouth dalam De Karacht van den Islam juga menulis, “Penyelidikan telah menunjukkan bahwa yang diketahui oleh sarjana-sarjana Eropa tentang falsafah, astronomi, ilmu pasti dan ilmu pengetahuan semacam itu, selama beberapa abad sebelum Renaissance, secara garis besar datang dari buku-buku berbahasa Arab. Al-Qur’anlah yang memberikan dorongan pertama untuk studi-studi itu di antara orang-orang Arab dan kawan-kawan mereka.”

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Jika kita mengaku beriman kepada Al-Qur’an, maka wajib bagi kita senantiasa merujuk pada Al-Qur’an; baik dalam kehidupan pribadi, bermasyarakat maupun bernegara. Apalah artinya mengimani Al-Qur’an sebagai petunjuk kehidupan, namun dalam keseharian petunjuk Al-Qur’an itu dicampakkan. Isinya tidak diamalkan. Hukum-hukumya tidak diterapkan dalam seluruh aspek kehidupan.

 

Fakta membuktikan tanpa merujuk kepada Al-Qur’an seperti sekarang, negeri ini terpuruk. Kemiskinan, pengangguran, kemaksiatan, korupsi, kriminalitas tak bisa diselesaikan. Ketidakadilan hukum makin terang-terangan dipertontonkan. Semua kerusakan ini tidak lain sebagai akibat dari sikap umat Islam, khususnya para penguasanya, yang enggan diatur oleh Al-Qur’an.

 

Inilah bukti peringatan Allah subhanahu wa ta’ala:

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِنَّ لَهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى

Siapa saja yang berpaling dari peringatan-Ku (al-Quran) maka bagi dia kehidupan yang sempit dan pada Hari Kiamat nanti Kami akan membangkitkan dia dalam keadaan buta (TQS Thaha [20]: 124).

 

Karena itu, saatnya kita kembali kepada Al-Qur’an. Mengamalkan seluruh isinya dalam seluruh aspek kehidupan. Allah janjikan keberkahan bagi kita atas hal itu:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ

Jika penduduk negeri beriman dan bertakwa, pasti Kami akan membukakan untuk mereka keberkahan dari langit dan bumi. Akan tetapi, mereka mendustakan (ayat-ayat- Kami). Karena itu Kami mengazab mereka karena apa yang telah mereka lakukan itu (TQS al-A’raf [7]: 96).

[]

 

 

 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

 

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Ramadhan Bulan Jihad dan Perjuangan

Ramadhan Bulan Jihad dan Perjuangan

RAMADHAN BULAN JIHAD DAN PERJUANGAN

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،

 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى :

 اِذْ تَسْتَغِيْثُوْنَ رَبَّكُمْ فَاسْتَجَابَ لَكُمْ اَنِّيْ مُمِدُّكُمْ بِاَلْفٍ مِّنَ الْمَلٰۤىِٕكَةِ مُرْدِفِيْنَ ‏

(QS al-Anfal [8]: 9)

 

Alhamdulillah, keberkahan masih meliputi kita semua di bulan Ramadhan. Semoga amal Ramadhan kita diridhai oleh Allah subhanahu wa ta’ala dan menjadikan kita sebagai penghuni surga-Nya. Shalawat dan salam semoga senantiasa dicurahkan oleh Allah subhanahu wa ta’ala kepada junjungan alam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Bertakwalah kepada Allah, terlebih lagi di bulan Ramadhan ini. Inilah kesempatan kita menempa diri, di saat jarak kita dengan Allah begitu dekat. Taati perintah-Nya dan jauhi larangan-Nya. Semoga ini menjadi kebiasaan kita 11 bulan ke depan, hingga bertemu Ramadhan berikutnya.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Ramadhan adalah bulan perjuangan. Jauh dari sifat lemah dan bermalas-malasan, tidak produktif dan kehilangan semangat perjuangan dan pengorbanan. Justru puasa ini adalah motivasi perjuangan.

 

Lihatlah dulu di zaman Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dan masa berikutnya. Jihad fi sabilillah malah dikobarkan di bulan Ramadhan. Di masa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam terjadi dua peristiwa besar, yakni Perang Badar al-Kubra dan Penaklukan Makkah. Keduanya berlangsung pada bulan Ramadhan. Perang Badar terjadi pada Ramadhan pertama saat ibadah shaum diwajibkan. Dalam perang tersebut kaum Muslim hanya berjumlah 313 prajurit, dengan dua ekor kuda perang dan 30-40 ekor unta. Sebaliknya, pasukan musyrik Quraisy memiliki 200 ekor kuda perang dan sekitar seribu orang prajurit. Namun, dalam perang tersebut Allah subhanahu wa ta’ala menurunkan pertolongan-Nya sehingga kaum Muslim mendapatkan kemenangan (Lihat: QS al-Anfal [8]:9).

 

Demikian pula penaklukan Mekkah terjadi pada tanggal 10 Ramadan 8 H. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam beserta 10 ribu pasukan bergerak dari Madinah menuju Mekkah. Beliau dan pasukan kaum Muslim dapat menguasai Makkah secara keseluruhan tanpa pertumpahan darah sedikit pun, sekaligus menghancurkan berhala yang ditempatkan di dalam dan sekitar Ka’bah.

 

Setelah masa itu, ada Perang Hittin juga di bulan Ramadhan. Saat itu umat Islam yang dipimpin oleh Shalahuddin al-Ayyubi melawan kerajaan salib berhasil merebut kembali Jerusalem (Perang Salib III). Perang ini terjadi pada musim panas pada bulan Ramadhan 4 Juli 1187 M.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Jihad adalah bagian dari ajaran Islam. Perintah berjihad terdapat dalam al-Quran dan as-Sunnah. Di antaranya firman Allah subhanahu wa ta’ala:

قَاتِلُوا الَّذِيْنَ لَا يُؤْمِنُوْنَ بِاللّٰهِ وَلَا بِالْيَوْمِ الْاٰخِرِ وَلَا يُحَرِّمُوْنَ مَا حَرَّمَ اللّٰهُ وَرَسُوْلُهٗ وَلَا يَدِيْنُوْنَ دِيْنَ الْحَقِّ مِنَ الَّذِيْنَ اُوْتُوا الْكِتٰبَ حَتّٰى يُعْطُوا الْجِزْيَةَ عَنْ يَّدٍ وَّهُمْ صٰغِرُوْنَ

Perangilah orang-orang yang tidak mengimani Allah dan Hari Akhir, yang tidak mengharamkan apa yang telah Allah dan Rasul-Nya haramkan, dan yang tidak beragama dengan agama yang benar (agama Allah), yaitu kaum yang telah diberi Kitab, hingga mereka membayar jizyah dengan patuh (TQS at-Taubah [9]: 29).

 

Adapun dalam as-Sunnah, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam antara lain bersabda:

أُمِرْتُ أَنْ أُقَاتِلَ النَّاسَ حَتَّى يَشْهَدُوا أَنْ لاَ إِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَأَنَّ مُحَمَّدًا رَسُولُ اللهِ

Aku diperintahkan untuk memerangi manusia hingga mereka mengatakan Lâ Ilâha illa Allâh Muhammad RasûlulLâh (Tiada Tuhan selain Allah dan Muhammad adalah utusan Allah) (HR al-Bukhari dan Muslim).

 

Bahkan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebut jihad sebagai puncak ajaran Islam:

رَأْسُ الْأَمْرِ الْإِسْلَامُ وَعَمُودُهُ الصَّلَاةُ وَذِرْوَةُ سَنَامِهِ الْجِهَادُ

Pokok dari perkara agama adalah Islam, tiangnya adalah shalat dan puncaknya adalah jihad (HR at-Tirmidzi).

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Perintah jihad tidak terhapus sekalipun saat ini kaum Muslim tidak lagi memiliki Kekhilafahan untuk memimpin mereka. Kewajiban berjihad berlanjut terus hingga Hari Kiamat sebagaimana sabda Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إ ‌الْجِهَادَ ‌مَاضٍ مُنْذُ بَعْثِ اللَّهِ رَسُولَهُ إِلَى آخِرِ عِصَابَةٍ مِنَ الْمُسْلِمِينَ يُقَاتِلُونَ الدَّجَّالَ

Jihad itu berlangsung sejak Allah mengutus rasul-Nya hingga generasi kaum Muslim terakhir memerangi Dajjal (HR Abu Dawud).

 

Secara faktual, jihad diperlukan untuk membebaskan negeri-negeri kaum Muslim yang tertindas. Wilayah Palestina terus dirampas oleh Israel laknatullah. Muslim Rohingya di Myanmar yang menjadi korban kekejaman militer Budha. Di Cina, umat Muslim Uyghur mengalami aksi genosida. Bahkan pada bulan Ramadhan ini kaum Muslim di sana dilarang menjalankan ibadah puasa.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Sampai kapan penderitaan kaum Muslim di berbagai belahan dunia akan berakhir? Sementara pada saat yang sama para pemimpin negeri kaum Muslim justru berjabat tangan dengan para penjarah dan pembunuh kaum Muslim.

 

Dulu umat ini memiliki junnah (perisai) yang melindungi mereka. Makkah dapat dibebaskan. Palestina dan Yerusalem dapat direbut kembali dari cengkeraman musuh.

 

Namun, hari ini umat kehilangan pelindungnya, yakni Khilafah. Alhasil, umat membutuhkan pemimpin yang berfungsi sebagai junnah (perisai/pelindung), sebagaimana yang disabdakan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:

إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

Sungguh Imam (Khalifah) adalah perisai/pelindung; orang-orang berperang di belakang dirinya dan menjadikan dia sebagai pelindung (HR Muslim).

 

Dalam kondisi saat ini kaum Muslim sesungguhnya telah diperintahkan untuk melakukan jihad fi sabilillah sebagaimana firman Allah subhanahu wa ta’ala:

فَمَنِ اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ فَاعْتَدُوْا عَلَيْهِ بِمِثْلِ مَا اعْتَدٰى عَلَيْكُمْ ۖ

Oleh sebab itu, siapa saja yang menyerang kalian, maka seranglah dia setimpal dengan serangannya terhadap kalian (TQS al-Baqarah [2]: 194).

 

Tegakah kita, di saat kita bisa berbuka dan sahur dengan leluasa, di bagian negeri Muslim yang lain saudara-saudara kita disiksa dan dianiaya. Padahal Allah subhanahu wa ta’ala telah memerintahkan kita untuk menolong mereka:

وَاِنِ اسْتَنْصَرُوْكُمْ فِى الدِّيْنِ فَعَلَيْكُمُ النَّصْرُ

Jika mereka meminta tolong kepada kalian dalam (urusan pembelaan) agama maka kalian wajib menolong mereka (TQS al-Anfal [8]: 72).

[]

 

 

 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

 

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

Ramadhan Momentum Melejitkan Ketakwaan

Ramadhan Momentum Melejitkan Ketakwaan

RAMADHAN: MOMENTUM MELEJITKAN KETAKWAAN

KHUTBAH PERTAMA

 

إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا

مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,

أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.

 وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.

 اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،

 أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.

قَالَ اللهُ تَعَالَى :

 وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ وَلٰكِنْ كَذَّبُوْا فَاَخَذْنٰهُمْ بِمَا كَانُوْا يَكْسِبُوْنَ ‏

(QS al-A’raf [7]: 96)

 

Alhamdulillah, sepantasnya kita bersyukur kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Tahun ini kita bisa dipertemukan kembali Ramadhan 1444 H. Shalawat dan salam semoga tercurah kepada junjungan alam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.

 

Bertakwalah kepada Allah. Taatlah kepada Allah, laksanakan perintah-Nya dan jauhi semua larangan-Nya. Sungguh sebaik-baik bekal adalah ketakwaan.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Di bulan ini kita digembleng satu bulan penuh ketakwaan kita.  Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

يٰٓاَيُّهَا الَّذِيْنَ اٰمَنُوْا كُتِبَ عَلَيْكُمُ الصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى الَّذِيْنَ مِنْ قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُوْنَۙ

Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kalian berpuasa, sebagaimana puasa itu telah diwajibkan atas orang-orang sebelum kalian, agar kalian bertakwa (TQS al-Baqarah [2]: 183).

 

Menurut Syaikh Abu Bakar al-Jazairi,  frasa “agar kalian bertakwa” dalam ayat ini bermakna, “agar dengan shaum itu Allah subhanahu wa ta’ala mempersiapkan kalian untuk bisa menjalankan semua perintah-Nya dan menjauhi semua larangan-Nya.” (Al-Jazairi, Aysar at-Tafaasiir, I/80).

 

Salah ciri khas orang bertakwa, menurut Imam Ali ash-Shabuni mengutip antara lain pernyataan Imam al-Hasan al-Bashri adalah “mereka yang takut terhadap apa saja yang telah Allah subhanahu wa ta’ala larang atas diri mereka dan menunaikan apa saja yang telah Allah subhanahu wa ta’ala wajibkan atas diri mereka.”  (Lihat: Ali ash-Shabuni, Shafwah at-Tafaasiir, I/26).

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Bukan takwa namanya, jika seseorang biasa melakukan shalat, melaksanakan shaum Ramadhan atau bahkan menunaikan ibadah haji ke Baitullah; sementara ia biasa memakan riba, melakukan suap dan korupsi, mengabaikan urusan masyarakat, menzalimi rakyat dan enggan terikat dengan syariah Islam di luar yang terkait dengan ibadah ritual.

 

Bukan takwa namanya, jika seseorang masih menyekutukan Allah subhanahu wa ta’ala dengan makhluk-Nya, baik dalam konteks ‘aqidah maupun ibadah; termasuk masih meyakini sekaligus menjalankan hukum apapun selain hukum-Nya. Ini juga bentuk kesyirikan. Bukankah Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

اِتَّخَذُوْٓا اَحْبَارَهُمْ وَرُهْبَانَهُمْ اَرْبَابًا مِّنْ دُوْنِ اللّٰهِ

Orang-orang Yahudi dan Nasrani telah menjadikan para pendeta dan para rahib mereka sebagai tuhan-tuhan selain Allah (TQS at-Taubah [9]: 31).

 

Kalau dulu, yang diikuti adalah para pendeta dan rahib-rahib Yahudi dan Nasrani, kini yang diikuti adalah penguasa dan wakil rakyat dalam sistem demokrasi. Sebab, merekalah yang biasa membuat hukum,  yang menghalalkan apa yang telah Allah haramkan dan mengharamkan apa yang telah Allah halalkan.

 

Tidak usah jauh-jauh, riba contohnya. Riba yang jelas-jelas haram, dihalalkan. Bahkan Pemerintah menjadi pelaku riba terbesar. Utang ratusan triliun dengan bunga selangit. Bank-bank riba dipelihara, dan sebagainya.

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Ketahuilah, ada sejumlah tanda takwa. Zubair bin al-Awwam pernah menulis surat yang berisi nasihat untuk dirinya sendiri. Di dalam surat itu dinyatakan, “Amma ba’du. Sesungguhnya orang bertakwa itu memiliki sejumlah tanda yang diketahui oleh orang lain maupun dirinya sendiri, yakni: sabar dalam menanggung derita, ridha terhadap qadha’, mensyukuri nikmat dan merendahkan diri (tunduk) di hadapan hukum-hukum al-Quran.” (Ibn al-Jauzi, Shifat ash-Shafwah, I/170; Abu Nu’aim al-Asbahani, Hilyah Awliyaa’, I/177).

 

Ingatlah, takwa harus selalu ada pada diri seorang Muslim kapan saja, di mana saja dan dalam keadaan bagaimana pun. Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam pernah bersabda:

إِتَّقِ اللهَ حَيْثُمَا كُنْتَ

Bertakwalah engkau dalam segala keadaanmu! (HR at-Tirmidzi dan Ahmad).

 

Frasa  “haytsumma  kunta”  maksudnya  dalam  keadaan lapang atau sempit,  senang atau susah,  riang-gembira atau saat tertimpa bencana (Al-Mubarakfuri, VI/104).

 

Frasa “haytsumma kunta” juga bermakna: di manapun berada, baik saat manusia melihat Anda ataupun saat mereka tak melihat Anda (Muhammad bin ‘Alan ash-Shiddiqi, Daliil al-Faalihiin, I/164).

 

Menarik apa yang dikatakan Abu Bakar ash-Shiddiq radhiallahu ‘anhu:

وَاعْلَمُوا أَنَّ أَكْيَسَ الْكَيْسِ التُّقَى وَأَنَّ أَحْمَقَ الْحُمْقِ اَلْفُجُوْرُ

Ketahuilah, cerdas yang paling cerdas adalah takwa, dan bodoh yang paling bodoh adalah suka bermaksiat (Lihat: Al-Baqilani, I’jaaz al-Qur’aan, 1/137; as-Suyuthi, Taariikh al-Khulafaa’, 1/28).

 

Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,

Ketahuilah, takwa sejatinya tak hanya berlaku secara pribadi pada diri setiap Muslim. Takwa pun harus terwujud secara kolektif di masyarakat dan kehidupan bernegara. Allah subhanahu wa ta’ala berfirman:

وَلَوْ اَنَّ اَهْلَ الْقُرٰٓى اٰمَنُوْا وَاتَّقَوْا لَفَتَحْنَا عَلَيْهِمْ بَرَكٰتٍ مِّنَ السَّمَاۤءِ وَالْاَرْضِ

Andai penduduk negeri-negeri itu beriman dan bertakwa, Kami pasti melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi… (TQS al-A’raf [7]: 96).

 

Ayat ini berbicara tentang penduduk negeri, yang jika bertakwa, mereka akan Allah beri keberkahan yang berlimpah. Dengan demikian, agar negeri ini berlimpah keberkahan, tak cukup mengandalkan ketakwaan secara personal. Harus terwujud ketakwaan secara kolektif. Dengan kata lain ketakwaan harus mewujud dalam masyarakat dan kehidupan bernegara. Wujudnya tidak lain dengan menerapkan dan menegakkan syariah Islam secara kaaffah dalam seluruh aspek kehidupan mereka.

[]

 

 

 

بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم

 

 

Khutbah II

اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا

 

أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ

 

اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.

 عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ

UPDATE INFORMASI TERBARU