Muhasabah Atas Kondisi Umat
MUHASABAH ATAS KONDISI UMAT
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى :
أَعُوذُ بِاللَّهِ مِنَ الشَّيْطَانِ الرَّجِيمِ
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
(QS Ar-Rum [30]: 41)
Alhamdulillah, segala puji bagi Allah, Tuhan semesta alam. Yang menghidupkan dan mematikan. Yang Maha Pemberi Nikmat dan Karunia. Yang memberi petunjuk jalan kebenaran lewat Rasul-Nya, baginda Muhammad shallallahu ‘alaihi wa sallam. Semoga shalawat dan salam senantiasa tercurah kepada beliau, keluarga beliau, para sahabat, dan umat beliau, sampai akhir zaman.
Bertakwalah kepada Allah, baik dalam kondisi suka maupun duka, sedih atau gembira, lapang atau sempit. Kapan pun dan di mana pun kita berada. Semoga kita semua digolongkan sebagai muttaqin.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Tanpa terasa kita berada di hari Jumat terakhir, dalam hitungan tahun Masehi. Tak ada salahnya kita bermuhasabah, melakukan perhitungan atau evaluasi, baik terhadap diri maupun umat ini. Sebab, muhâsabah merupakan perintah Allah subhanahu wa ta’ala:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اتَّقُوا اللَّهَ وَلْتَنْظُرْ نَفْسٌ مَا قَدَّمَتْ لِغَدٍ وَاتَّقُوا اللَّهَ إِنَّ اللَّهَ خَبِيرٌ بِمَا تَعْمَلُونَ
Hai orang-orang yang beriman, bertakwalah kalian kepada Allah dan hendaklah setiap diri memperhatikan apa yang telah dia perbuat untuk hari esok (akhirat). Bertakwalah kalian kepada Allah. Sungguh Allah Mahatahu atas apa saja yang kalian kerjakan (TQS al-Hasyr [59]: 18).
Bila diri kita banyak salah, segera memohon ampunan-Nya, serta bersungguh-sungguh dalam ketaatan sebagai persiapan menuju kehidupan terbaik di akhirat kelak. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْكَيِّسُ مَنْ دَانَ نَفْسَهُ وَعَمِلَ لِمَا بَعْدَ الْمَوْتِ، وَالْعَاجِزُ مَنْ أَتْبَعَ نَفْسَهُ هَوَاهَا، وَتَمَنَّى عَلَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلّ
Orang yang cerdas ialah orang yang selalu mengevaluasi dirinya serta beramal untuk kehidupan sesudah kematian. Orang yang lemah (bodoh) ialah orang yang selalu mengikuti hawa nafsunya serta berangan-angan kepada Allah subhanahu wa ta’ala (HR at-Tirmidzi).
Umar bin al-Khaththab radhiyalLâhu ‘anhu juga pernah mengatakan:
حَاسِبُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُحَاسَبُوْا، وَزِنُوْا أَنْفُسَكُمْ قَبْلَ أَنْ تُوْزَنُوْا فَإِنَّهُ أَهْوَنُ عَلَيْكُمْ فِي الْحِسَابِ غَدّاً
Hisablah diri kalian sebelum kalian dihisab. Timbanglah amal kalian sebelum ditimbang. Hal itu akan lebih memudahkan hisab kalian kelak (di akhirat) (Abu Nu’aim al-Asbahani, Hilyah al-Awliyâ’, 1/25).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Selain muhâsabah atas diri sendiri, seorang Muslim seharusnya melakukan muhâsabah atas kondisi umat. Ingat, seorang dikatakan belum beriman jika tidak memiliki kepedulian dan kecintaan kepada saudaranya. Bukankah hubungan sesama kaum Mukmin adalah laksana satu tubuh? Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
مَثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ، وَتَرَاحُمِهِمْ، وَتَعَاطُفِهِمْ مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَدَاعَى لَهُ سَائِرُ الْجَسَدِ بِالسَّهَرِ وَالْحُمَّى
Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mengasihi, mencintai dan menyayangi adalah bagaikan satu tubuh. Jika salah satu anggota tubuh sakit, seluruh tubuhnya akan ikut terjaga dan demam (turut merasakan sakitnya) (HR al-Bukhari dan Muslim).
Lihatlah, hari ini umat masih terus terperosok ke dalam jurang kemunduran. Pangkal dari segala kerusakan ini adalah akibat pembangkangan kepada Allah subhanahu wa ta’ala, sebagaimana firman-Nya:
ظَهَرَ الْفَسَادُ فِى الْبَرِّ وَالْبَحْرِ بِمَا كَسَبَتْ اَيْدِى النَّاسِ لِيُذِيْقَهُمْ بَعْضَ الَّذِيْ عَمِلُوْا لَعَلَّهُمْ يَرْجِعُوْنَ
Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan oleh perbuatan tangan manusia. Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari akibat perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar) (TQS ar-Rum [30]: 41).
Imam Ali ash-Shabuni dalam kitab tafsirnya, Shafwah at-Tafâsîr, menjelaskan maksud ayat di atas, yakni telah tampak musibah dan bencana di permukaan bumi dan di laut disebabkan oleh kemaksiatan dan dosa-dosa manusia kepada Allah subhanahu wa ta’ala.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Banyak orang mengaku bertakwa, tapi pada saat yang sama menolak tegas hukum-hukum Allah. Syariah Islam dianggap sebagai ancaman dan menimbulkan ketidakstabilan. Orang yang bersemangat menjalankan syariah Islam dicap sebagai radikal, esktremis, bahkan fundamentalis. Ulama yang tidak sejalan dengan kemauannya dikriminalisasi. Habib Rizieq Syihab dan sejumlah ulama misalnya, dihukum hanya karena melanggar UU Karantina Kesehatan, padahal pada saat yang sama sejumlah pihak tak mendapatkan sanksi apa-apa.
Nyata di depan mata kita, kita kaum Muslim dipaksa menjadi moderat dengan program moderasi beragama. Ketahuilah, inti dari moderasi beragama adalah semangat untuk menyembelih ajaran Islam. Membuang ajaran Islam dari pemahaman umat ini.
Dengan dalih moderasi beragama, disusunlah aturan liberal sesuai arahan Barat. Sedikit demi sedikit hukum-hukum Islam yang bertentangan dengan prinsip sekularisme, pluralisme, liberalisme dan demokrasi ditiadakan. Seks bebas dan LGBT mulai diberikan jalan melalui berbagai aturan.
Umat Islam terus dicekoki dengan monsterisasi terhadap ajaran khilafah dan jihad. Seolah ajaran inilah biang kerusakan di berbagai negara. Padahal, beragam perang dan konflik yang terjadi sengaja dipicu oleh negara-negara penjajah, seperti Amerika Serikat, Inggris dan Rusia. Bukan karena Islam.
Secara ekonomi, negeri ini masuk dalam jurang resesi. Bukan karena Islam, tapi karena utang ribawi. Jumlah utang Indonesia sudah mencapai Rp 6.008 triliun. Sudahlah begitu, kekayaan alam kita dikuasai asing baik Amerika maupun Cina. Kurang apa lagi penderitaan penduduk negeri ini?
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Sadarlah bahwa kondisi kita hari ini sedang terpuruk. Satu-satunya solusi yang benar dan terbaik adalah dengan menerapkan syariah Islam secara kâffah.
Telah terbukti secara nyata dan meyakinkan, sekularisme-kapitalisme dengan oligarkinya telah merusak umat dan negeri ini. Janganlah kita mengulangi kesalahan yang sama dengan tetap mempercayai sistem kehidupan selain Islam. Mari kembali kepada Islam.
Imam Malik radhiyalLâhu ‘anhu pernah berpesan:
لَنْ يُصْلِحَ آخِرَ هَذِهِ الأُمَّةِ إِلاَّ مَا أَصْلَحَ أَوَّلَهَا
Tidak akan pernah bisa memperbaiki kondisi generasi akhir umat saat ini kecuali apa yang telah terbukti mampu memperbaiki kondisi generasi awal umat ini.
Apa itu? Islam kaffah yang tegak dalam naungan khilafah ala minhajin nubuwah.
[]
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ