• “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta (tetap) menegakkan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” At-Taubah: 18
Wednesday, 13 November 2024

Meraih Keutamaan Ramadhan – Tausiyah Ramadhan #1

Bagikan

TAUSIYAH RAMADHAN #1
MERAIH KEUTAMAAN RAMADHAN

Ramadhan kali ini sangat berbeda dengan Ramadhan-Ramadhan sebelumnya. Kita menjalankan puasa di tengah wabah atau pandemi Corona. Ini menjadi hal istimewa, karena ujiannya tidak seperti biasa. Tidak hanya lapar dan haus, tapi kita harus lebih banyak diam di rumah untuk waktu yang belum diketahui batasnya. Sebagian orang harus kehilangan pekerjaan. Hingga ada kekurangan makan.

 

Namun, kondisi ini tak boleh menyurutkan kita untuk melewatkan begitu saja momentum Ramadhan kali ini. Kondisi ini tak boleh kita mengurangi semangat kita mengisi Ramadhan. Justru, seharusnya Ramadhan ini menjadi ajang kita untuk mendekat kepada Allah lebih dari Ramadhan sebelumnya.  

 

Ingatlah kata Nabi SAW: 

وَرَغِمَ أَنْفُ رَجُلٍ دَخَلَ عَلَيْهِ رَمَضَانُ ثُمَّ انْسَلَخَ قَبْلَ أَنْ يُغْفَرَ لَهُ

 

Sungguh rugi seseorang yang bertemu dengan Ramadhan, lalu Ramadhan berlalu dari dirinya sebelum dosa-dosanya diampuni (HR at-Tirmidzi, Ahmad, Ibnu Khuzaimah dan al-Hakim).

 

Ampunan Allah SWT tidak datang begitu saja. Harus ada perjuangan meraihnya. Maka kita harus menunaikan puasa sebaik-baiknya, mengetahui batasan-batasannya dan menjaga diri dari apa saja yang seharusnya dijaga. Rasul SAW pernah bersabda: 

 

«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ وَعَرَفَ حُدُوْدَهُ وَتَحَفَّظَ مِمَّا كَانَ يَنْبَغِي لَهُ أَنْ يَتَحَفَّظَ فِيهِ كَفَّرَ مَا كَانَ قَبْلَهُ»

Siapa saja yang berpuasa Ramadhan, mengetahui ketentuan-ketentuannya dan menjaga apa saja yang harus ia jaga selama Ramadhan, akan dihapus dosa-dosanya yang telah lalu (HR Ahmad).

 

Rasul SAW juga bersabda:

 

«مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيْمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ»

Siapa saja yang berpuasa Ramadhan karena iman dan semata-mata mengharap ridha Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu. Siapa saja yang menghidupkan Lailatul Qadar karena iman dan semata-mata mengharap ridha Allah, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu  (HR. Muslim, Abu Dawud, Tirmidzi dan Ahmad).

Perlu diingat, agar kita sukses menjalani puasa dan amal lainnya di bulan Ramadhan, ada syarat yang harus dipenuhi, yakni meninggalkan segala perkara yang haram atau sia-sia; lebih khusus lagi meninggalkan apa saja yang membatalkan puasa dan apa saja yang bisa menggagalkan pahala puasa. Ingatlah sabda Rasul SAW:

 

«الصِّيَامُ جُنَّةٌ فَلاَ يَرْفُثْ وَلاَ يَجْهَلْ. وَإِنِ امْرُؤٌ قَاتَلَهُ أَوْ شَاتَمَهُ فَلْيَقُلْ إِنِّى صَائِمٌ مَرَّتَيْنِ. وَالَّذِى نَفْسِى بِيَدِهِ لَخُلُوفُ فَمِ الصَّائِمِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ تَعَالَى مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ، يَتْرُكُ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ وَشَهْوَتَهُ مِنْ أَجْلِى. الصِّيَامُ لِى وَأَنَا أَجْزِى بِهِ وَالْحَسَنَةُ بِعَشْرِ أَمْثَالِهَا»

Puasa itu perisai. Karena itu janganlah seseorang berkata keji dan jahil. Jika ada seseorang yang menyerang atau mencaci, katakanlah, “Sungguh aku sedang berpuasa,” sebanyak dua kali. Demi jiwaku yang berada dalam genggaman-Nya, bau mulut orang berpuasa lebih baik di sisi Allah ketimbang wangi kesturi; ia meninggalkan makanannya, minumannya dan syahwatnya demi Diri-Ku. Puasa itu milik-Ku. Akulah yang membalasnya. Kebaikan (selama bulan puasa) dilipatgandakan sepuluh kali dari yang semisalnya (HR al-Bukhari). 

 

Yang tak kalah penting, mari maksimalkan beramal shalih, meski mungkin sebagian dari kita mengalami keterbatasan karena kondisi wabah. Mari laksanakan amalan yang memungkinkan dengan maksimal. Perbanyak tadarus al-Quran; shalat sunnah; membayar zakat dan meningkatkan sedekah; iktikaf jika masih memungkinan, qiyamul lail, amar makruf nahi mungkar; dan amal-amal taqarrub lainnya. Jangan lupa bantu saudara dan tetangga kita yang mungkin kekurangan. 

 

Namun demikian, amal shalih yang paling utama di sisi Allah SWT adalah apa saja yang Dia wajibkan. Dalam sebuah hadis Qudsi Allah SWT berfirman:

 

مَا تَقَرَّبَ إِلَيَّ عَبْدِي بِمِثْلِ مَا افْتَرَضْتُ عَلَيْهِ، وَمَا يَزَالُ عَبْدِي يَتَقَرَّبُ إِلَيَّ بِالنَّوَافِلِ حَتَّى أُحِبَّهُ

Tidaklah hamba-Ku bertaqarub kepada-Ku dengan sesuatu yang lebih utama daripada apa yang Aku fardhukan atas dirinya. Hamba-Ku terus bertaqarrub kepada-Ku dengan amal-amal nawafil hingga Aku mencintai dirinya (HR al-Bukhari, Ibnu Hibban dan al-Baihaqi).

 

Karena itu amal-amal fardhu tentu harus diprioritaskan sebelum amal-amal sunnah. Ibn Hajar al-‘Ashqalani menyatakan di dalam Fath al-Bârî, sebagian ulama besar mengatakan, “Siapa saja yang fardhunya lebih menyibukkan dia dari nâfilah-nya maka dia dimaafkan. Sebaliknya, siapa yang nâfilah-nya menyibukkan dia dari amal fardhunya maka dia telah tertipu.”

 

Insyaallah dengan itu semua, kita bisa meraih hikmah puasa yakni takwa. Takwa yang terwujud dalam pribadi, masyarakat, dan negara. Sungguh dengan ketakwaan maka Allah akan bukakan keberkahan dari langit dan bumi.

 

Semoga  Allah mengampuni dosa-dosa kita dan menjadikan kita hamba-Nya yang bertakwa. Aamiin

SebelumnyaMeraih Keutamaan RamadanSesudahnyaRamadhan Bulan Alquran- Tausiyah Ramadhan #2
No Comments

Tulis komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *