Menolong Muslim Rohingya
MENOLONG MUSLIM ROHINGYA
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَامَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا، أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ، اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ
قَالَ اللهُ تَعَالَى :
وَمَآ اَرْسَلْنٰكَ اِلَّا رَحْمَةً لِّلْعٰلَمِيْنَ
Kami tidak mengutus engkau (Nabi Muhammad), kecuali sebagai rahmat bagi seluruh alam. (QS Al-Anbiya’ [21]: 107).
Alhamdulillah, segala puji hanya milik Allah. Dia-lah yang memberi rezeki semua makhluk-Nya tanpa meminta balasan. Shalawat dan salam semoga senantiasa tercurah kepada junjungan alam Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam.
Bertakwalah kepada Allah. Penuhi aturan-Nya dengan melaksanakan semua perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Sungguh saat ini banyak aturan Allah yang ditinggalkan, di luar masalah ibadah mahdah. Ingatlah, meninggalkan aturan Allah itu dosa.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Ada yang mulai hilang sekarang ini dalam kehidupan sosial antar kaum Muslim, yakni persaudaraan. Orang mulai hidup nafsi-nafsi, mementingkan dirinya sendiri. Tak peduli dengan sesama, meski itu sesama Muslim. Itu dalam skala kecil, interaksi antar individu.
Dalam skala yang lebih luas, kondisinya lebih memprihatinkan lagi. Sekat-sekat nasionalisme telah menjadikan manusia tercerai berai berdasarkan kepentingan. Manusia di suatu wilayah, tak harus peduli dengan manusia di wilayah lainnya, meski itu bertetangga, karena beda negara. Bahkan kita sering mendengar ungkapan: mereka bukan bangsa kita, mereka penduduk negara lain, mengapa harus kita bantu? Dan sebagainya.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Hari ini, fakta itu terjadi. Sejumlah pengungsi dari Rohingya masuk ke Aceh. Kedatangannya ditolak dengan berbagai alasan. Misalnya, mulai dari alasan kecewa atas sikap buruk pengungsi Rohingya terhadap warga setempat sampai isu akan terjadinya penguasaan lahan oleh mereka seperti yang dilakukan zionis Yahudi terhadap tanah Palestina.
Majelis Permusyawaratan Ulama (MPU) atau MUI Provinsi Aceh meminta agar semua pihak tidak memprovokasi masyarakat untuk menolak pendaratan imigran Muslim Rohingya. MUI sendiri menyampaikan bahwa Aceh memiliki kewajiban moral untuk menerima warga Rohingya yang tertindas di negara asalnya Myanmar.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Para ulama tak berbeda pendapat tentang kewajiban menolong sesama Muslim, khususnya yang sedang dizalimi oleh musuh-musuh Islam. Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ وَلَا يُسْلِمُهُ وَمَنْ كَانَ فِي حَاجَةِ أَخِيهِ كَانَ اللَّهُ فِي حَاجَتِهِ وَمَنْ فَرَّجَ عَنْ مُسْلِمٍ كُرْبَةً فَرَّجَ اللَّهُ عَنْهُ كُرْبَةً مِنْ كُرُبَاتِ يَوْمِ الْقِيَامَةِ وَمَنْ سَتَرَ مُسْلِمًا سَتَرَهُ اللَّهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ
Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim lainnya. Dia tidak menzalimi dan tidak membiarkan saudaranya itu untuk disakiti. Siapa saja yang membantu kebutuhan saudaranya maka Allah akan membantu kebutuhannya. Siapa saja yang menghilangkan satu kesusahan seorang Muslim, Allah akan menghilangkan satu kesusahan bagi dirinya dari kesusahan-kesusahan Hari Kiamat. Siapa saja yang menutupi aib seorang Muslim maka Allah akan menutupi aibnya pada Hari Kiamat (HR al-Bukhari).
Perintah Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam dalam hadis ini berlaku umum, tanpa membedakan suku bangsa maupun ras. Kaum Muslim wajib untuk saling tolong-menolong. Tidak boleh membiarkan saudaranya disakiti oleh orang lain.
Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam mengumpamakan hubungan sesama orang beriman laksana satu tubuh. Sabda beliau:
مثَلُ الْمُؤْمِنِينَ فِي تَوَادِّهِمْ وتَرَاحُمِهِمْ وتَعاطُفِهِمْ، مَثَلُ الْجَسَدِ إِذَا اشْتَكَى مِنْهُ عُضْوٌ تَداعَى لهُ سائِرُ الْجَسَدِ بالسَّهَرِ والْحُمَّى
Perumpamaan kaum Mukmin dalam hal saling mencintai dan saling menyantuni di antara mereka adalah laksana satu tubuh. Jika satu bagian dari tubuh itu menderita sakit maka seluruh badan turut merasakan sakitnya dengan tak bisa tidur dan demam (HR Muslim).
Lebih tegas lagi Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyatakan bahwa kesempurnaan iman seorang Muslim hanya dapat tercapai dengan mencintai saudara seiman seperti ia mencintai dirinya sendiri. Sabda beliau:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى يُحِبَّ ِلأَخِيْهِ مَا يُحِبُّ لِنَفْسِهِ
Tidak sempurna iman salah seorang di antara kalian hingga ia mencintai untuk saudaranya apa yang ia cintai untuk dirinya sendiri (HR Muttafaq ‘alaih).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Ketahuilah, haram hukumnya seruan memboikot bantuan kepada sesama Muslim, apalagi menebar kebencian kepada mereka. Seruan pemboikotan, pengusiran apalagi melakukan serangan secara fisik kepada sesama Muslim adalah kezaliman yang telah dilarang dalam agama ini. Demikian sebagaimana pesan Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
الْمُسْلِمُ أَخُو الْمُسْلِمِ لَا يَظْلِمُهُ
Seorang Muslim adalah saudara bagi Muslim yang lain. Tidak boleh ia menzalimi saudaranya itu (HR Muslim).
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah,
Bukan hanya Muslim Rohingya yang terusir dari negeri mereka. Juga ada Muslim Suriah, karena kekejaman Bashar Assad, pun demikian Muslim Afghanistan yang lari karena perang yang diciptakan Amerka. Termasuk Muslim Sudan.
Bila kita dalami, ada dua penyebab utama yang harus dituntaskan kaum Muslim atas persoalan tersebut.
Pertama, menghapus sekat-sekat nasionalisme yang membelenggu kaum Muslim untuk memberikan pertolongan kepada sesama Muslim lainnya. Paham nasionalisme juga menjadi pemicu munculnya xenofobia; kebencian terhadap orang asing/bangsa lain. Akibatnya, muncul provokasi untuk mengusir kedatangan para pengungsi dari negara lain. Padahal nasionalisme adalah salah satu jenis ‘ashabiyah (fanatisme kelompok) yang telah diharamkan oleh Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam:
وَمَنْ قُتِلَ تَحْتَ رَايَةٍ عُمِيَّةٍ يَغْضَبُ لِلْعَصَبِيَّةِ، وَيَنْصُرُ لِلْعَصَبِيَّةِ، وَيَدْعُوْ لِلْعَصَبِيَّةِ فَقِتْلَتُهُ جَاهِلِيَّةٌ
Siapa saja yang terbunuh di bawah panji buta—dia marah karena ‘ashabiyah, menolong karena ‘ashabiyah dan menyerukan ‘ashabiyah—maka dia mati jahiliah (HR al-Baihaqi).
Kedua, kita kaum Muslim harus berjuang mewujudkan pelindung sejati bagi umat secara internasional. Bukan PBB atau lainnya, yang terbukti gagal melindungi umat ini. Kita butuh Khilafah. Dengan tegas Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam menyebutkan bahwa keberadaan Khilafah adalah laksana perisai yang melindungi umat.
إِنَّمَا اْلإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ
Sungguh Imam (Khalifah) adalah perisai; orang-orang berperang di belakangnya dan menjadikan dia sebagai pelindung (HR Muslim).
Khilafah-lah yang melindungi kaum Muslim seluruh dunia, tanpa melihat suku, bangsa, ras, dan warna kulitnya. Khilafah inilah yang akan menyatukan kaum Muslim serta menjaga kehormatan, harta dan darah mereka. Bahkan Khilafah Islamiyah juga akan melindungi umat yang beragama lain.
[]
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِنَ الْآيَاتِ وَالذِّكْرِ الْحَكِيمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم
Khutbah II
اَلْحَمْدُ للهِ عَلىَ إِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ. وَأَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ إِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ وَأَشْهَدُ أنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى إلىَ رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ وَأَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
أَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا أَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى وَاعْلَمُوْا أَنَّ اللهَ أَمَرَكُمْ بِأَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ ئِكَتِهِ الْمُسَبِّحَةِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى إِنَّ اللهَ وَمَلآئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ أَبِى بَكْرٍ وَعُمَر وَعُثْمَان وَعَلي وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا أَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآء مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ أَعِزَّ اْلإِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيْنَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ أَعْدَاءَ الدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ إِلَى يَوْمِ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ. رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَا وَاإنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ.
عِبَادَاللهِ ! إِنَّ اللهَ يَأْمُرُ بِاْلعَدْلِ وَاْلإِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِي اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ وَاذْكُرُوا اللهَ اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ اللهِ أَكْبَرْ