Mencintai Ajaran Islam Sepenuhnya
MENCINTAI AJARAN ISLAM SEPENUHNYA !
KHUTBAH PERTAMA
الْحَمْدُ للهِ الَّذِي جَعَلَ فِي كُلِّ زَمَانٍ فَتْرَةً مِنَ الرُّسُلِ بَقَايَا مِنْ أَهْلِ الْعِلْمِ يَدْعُونَ مَنْ ضَلَّ إِلَى الْهُدَى وَيَصْبِرُونَ مِنْهُمْ عَلَى الْأَذَى، يُـحْيَونَ بِكِتَابِ اللهِ الـمَوْتَى وَيُبَصِّرُونَ بِنُورِ اللهِ أَهْلَ الْعَمَى، فَكَمْ مِنْ قَتِيْلٍ لِإِبْلِيْسَ قَدْ أَحْيَوْهُ وَكَمْ مِنْ ضَالٍّ تَائِهٍ قَدْ هَدَوْهُ فَمَا أَحْسَنَ أَثَرِهُم عَلَى النَّاسِ وَأَقْبَحَ أَثَرِ النَّاسِ عَلَيْهِمْ. يُنْفَوْنَ عَنْ كِتَابِ اللهِ تَـحْرِيفَ الغَالِّينَ وَانْتِحَالَ الـمُبْطِلِينَ وَتَأْوِيْلَ الجَاهِلِينَ الَّذِيْنَ عَقَدُوا أُلُوِيَّةَ البِدْعَةِ وَأَطْلَقُوا عِقَالَ الفِتْنَةِ فَهُمْ مَخْتَلِفُونَ فِي الكِتَابِ مُخَالِفُونَ لِلْكِتَابِ مُجْمِعُونَ عَلَى مُفَارَقَةِ الكِتَابِ يَقُولُونَ عَلَى اللهِ وَفِي اللهِ وَفِي كِتَابِ اللهِ بِغَيْرِ عِلْمٍ يَتَكَلَّمُونَ بِالـمُتَشَابِهِ مِنَ الكَلَامِ وَيُـخْدِعُونَ جُهَّالَ النَّاسِ بِمَا يُشْبِهُونَ عَلَيْهِمْ فَنَعُوذُ بِاللهِ مِنْ فِتَنِ الْمُضِلِّينَ،
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ،
اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
Ikhwani fiddin a’azzaniyallahu waiyyakum,
Allah SWT berfirman:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آَمَنُوا ادْخُلُوا فِي السِّلْمِ كَافَّةً وَلَا تَتَّبِعُوا خُطُوَاتِ الشَّيْطَانِ إِنَّهُ لَكُمْ عَدُوٌّ مُبِينٌ
“Hai orang-orang yang beriman, masuklah kamu ke dalam Islam secara keseluruhan, dan janganlah kamu turut langkah-langkah syaitan. Sesungguhnya syaitan itu musuh yang nyata bagimu.” (QS. Al Baqarah: 208).
Ayat ini memerintahkan kepada semua orang yang beriman agar menjalankan seluruh syariat Rasulullah SAW, tanpa kecuali, tentu sesuai dengan kemampuannya, dan tidak meninggalkan apa yang sudah digariskan oleh Nabi meski hanya sebagian.
Jamaah jumah rahimakumullah
Mencintai seluruh ajaran Islam adalah bagian dari totalitas mencintai Allah SWT, sementara mencintai Allah SWT merupakan konsekuenasi keimanan seorang Muslim. Allah SWT berfirman:
وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
Orang-orang beriman amat dalam cintanya kepada Allah (TQS al-Baqarah [2]: 165).
Dan, mencintai Allah SWT tentu harus dibuktikan dengan menerima, mengikuti dan mengamalkan seluruh ajaran dan tuntunan Rasul-Nya. Allah SWT berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ
Katakanlah, “Jika kalian mencintai Allah maka ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian.” (QS Ali Imran [3]: 31).
Mencintai Allah SWT juga harus dibarengi dengan mencintai Rasulullah saw., kekasih-Nya. Kecintaan kepada Rasulullah saw. juga merupakan konsekuensi keimanan seorang Muslim. Rasul saw. sendiri yang menyatakan demikian:
لاَ يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أَكُونَ أَحَبَّ إِلَيْهِ مِنْ وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاسِ أَجْمَعِينَ
“Belum sempurna keimanan salah seorang di antara kalian sampai ia menjadikan aku lebih dicintai dari kedua orangtuanya, anaknya dan seluruh manusia.” (HR al-Bukhari).
Berkaitan dengan hadis ini, Imam Ibnu Rajab rahimahulLah dalam Fath al-Bari (1/26), menyatakan, “Cinta kepada Nabi saw. merupakan pokok (prinsip) keimanan dan ia bersanding dengan cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla. Allah SWT juga mengaitkan cinta kepada Nabi-Nya dengan cinta kepada-Nya. Allah SWT pun mengancam orang-orang yang mendahulukan cinta kepada keluarga, harta dan tanah air daripada cinta kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan Rasul-Nya saw.”
Jamaah jumah rahimakumullah
Lalu apa tanda orang yang mencintai agama Allah ini?
Pertama: Mentauhidkan Allah SWT dan menaati segenap aturan-Nya, serta tidak menyamakan-Nya dengan kecintaan dan ketaatan kepada selain-Nya. Allah SWT. berfirman:
وَمِنَ النَّاسِ مَنْ يَتَّخِذُ مِنْ دُونِ اللَّهِ أَنْدَادًا يُحِبُّونَهُمْ كَحُبِّ اللَّهِ وَالَّذِينَ آمَنُوا أَشَدُّ حُبًّا لِلَّهِ
Di antara manusia ada orang-orang yang menyembah tandingan-tandingan selain Allah. Mereka mencintai tandingan-tandingan itu sebagaimana mereka mencintai Allah. Orang-orang yang beriman amat dalam cintanya kepada Allah (TQS al-Baqarah [2]: 165).
Imam al-Baidhawi dalam tafsirnya menjelaskan makna “orang-orang yang mengambil dan mencintai tandingan-tandingan selain Allah” adalah dengan mengagung-agungkan dan menaati tandingan-tandingan itu sebagaimana mereka mengagungkan dan menaati Allah SWT.
Kedua: Mengikuti risalah Nabi Muhammad saw secara totalitas. Allah SWT berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللَّهَ فَاتَّبِعُونِي يُحْبِبْكُمُ اللَّهُ وَيَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَاللَّهُ غَفُورٌ رَحِيمٌ
Katakanlah, “Jika kalian benar-benar mencintai Allah, ikutilah aku, niscaya Allah mencintai kalian dan mengampuni dosa-dosa kalian. Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.” (TQS Ali Imran [3]: 31).
Imam Ibnu Katsir menjelaskan maksud ayat ini dalam tafsirnya, “Ayat yang mulia ini adalah penentu bagi siapa saja yang mengaku-aku cinta mencintai Allah SWT, namun ia tidak berada di jalan Muhammad saw., maka sungguh ia adalah pendusta baik dalam pengakuannya dan dalam perkara ini, sampai ia mengikuti syariah Muhammad dan agama kenabian dalam seluruh ucapan dan keadaan.” (Ibnu Katsir, Tafsir al-Qur’an al-‘Azhim, 2/26).
Mencintai Allah SWT dan Rasul-Nya tentu mengharuskan setiap Muslim tunduk pada seluruh ajaran Islam baik dalam akidah maupun syariah secara ikhlas. Baik dalam urusan ibadah, muamalah, pernikahan, sosial hingga politik dan pemerintahan. Inilah konsekuensi keimanan dan kecintaan pada Allah SWT dan RasulNya.
Tentu suatu kemungkaran memisahkan rasa cinta kepada Allah dan Rasul-Nya dengan menolak hukum-hukum Islam baik sebagian apalagi keseluruhan. Melarang permainan judi, tetapi membiarkan sistem ribawi. Menerima hukum zakat dan haji, tetapi menolak hukum pidana potong tangan bagi pencuri. Menerima keharaman zina, tetapi menolak rajam atau cambuk sebagai sanksi atas pelakunya. Menginginkan kepemimpinan, tetapi menolak sistem kepemimpinan Islam (Khilafah), bahkan menuding Khilafah sebagai ancaman atau Khilafah sudah usang dan tak laku.
Ketiga: Mendahulukan Allah SWT dan Rasul-Nya di atas segalanya (Lihat: QS at-Taubah [9]: 24). Orang-orang beriman tidak akan memberikan loyalitas, berkasih sayang dan pergaulan dengan orang-orang yang justru memusuhi Allah SWT dan Rasul-Nya serta agamaNya.
Semoga kita benar-benar menjadi hamba-Nya yang mencintai-Nya dan mencintai Rasul-Nya. Amin