Memundurkan Demokrasi ? – Tausiyah Ramadhan #19
MEMUNDURKAN DEMOKRASI ?
Bagus tidaknya tatanan semua aspek dalam kehidupan bermasyarakat dan bernegara tergantung pada dua faktor utama, yakni sistem dan manusia yang menjalankan sistem itu. Sistem terlahir dari sebuah ideologi yang dianut. Untuk sederhananya, ideologi dunia saat ini, setelah runtuhnya ideologi komunis, tinggal dua: Islam dan sekularisme (kapitalisme).
Tatanan kehidupan masyarakat akan berjalan dengan sangat baik bila sistem yang dianutnya adalah sistem yang benar serta dijalankan oleh orang yang baik. Bagaimana bila orangnya buruk, korup, totaliter, bermoral rendah dan sebagainya? Hasilnya tentu akan buruk. Dan akan lebih buruk lagi bila orang seperti itu memerintah di sebuah negara yang menganut sistem yang juga buruk. Yang terjadi adalah tatanan yang sangat buruk. Indonesia, dengan berat hati harus dikatakan, adalah yang termasuk di dalamnya. Sistem yang dianutnya adalah sistem yang buruk, yakni sistem sekuler. Agama Islam yang dianut oleh mayoritas penduduknya hanya ditempatkan dalam kehidupan individual, itupun lebih sering sebatas kegiatan ritual. Adanya kementrian agama dalam satu negara lebih menegaskan kesekulerannya.
Masyarakat tidak boleh lupa. Tidak hanya di Indonesia yang saat ini tengah menghadapi problema rendahnya kualitas pelaksana negara, sistem yang digunakan adalah sistem yang buruk. Bahkan sebenarnya, buruknya birokrat lebih merupakan akibat dari sistem yang buruk itu. Maka, siapapun yang memerintah di negeri kaum muslimin lebih lagi di negeri ini, tidak otomatis menyelesaikan masalah. Karena masalahnya bukan hanya terletak di situ. Pangkal masalahnya justru terletak pada sistem salah dan buruk.
Sistem yang buruk itu bernama demokrasi yang diwariskan oleh penjajahan. Tokoh-tokoh demokrasi yang mengawali berdirinya suatu negara di negeri kaum muslimin (pemerintahan demokrasi) adalah para kader yang secara riil dibina oleh kafir penjajah, mendapatkan pendidikan mereka, atau paling tidak terpengaruh oleh berbagai pemikiran demokrasi yang beredar di kalangan bangsa Eropa, baik yang bercorak kapitalis (demokrasi liberal) maupun yang bercorak sosialis (demokrasi rakyat).
Para penganut demokrasi warisan penjajah itu terus berupaya melestarikan sistem tersebut sehingga muncullah berbagai penderitaan dan kesengsaraan rakyat dari perjalanan seluruh rezim demokrasi di negeri-negri kaum muslim. Rakyatnya yang mayoritasnya adalah kaum muslimin hidup menderita dengan berbagai beban pajak dan pungutan lainnya. Hak-hak mereka tidak diberikan. Sedangkan para penguasa dan kroni-kroninya, baik di lembaga-lembaga politik dan pemerintahan maupun di lembaga-lembaga ekonomi menarik keuntungan. Rakyat dibius dan diadu domba dalam pemilu yang mereka sebut sebagai sebuah pesta demokrasi, pesta rakyat. Padahal banyak rakyat yang luka dan terbunuh, sementara para elit politik bersalaman, berangkulan, dan bagi-bagi uang.
Disamping itu, para penguasa tetap menjalin hubungan dengan negara-negara kafir gembong demokrasi seperti AS dan Eropa. Negara-negara imperialis itulah yang sejak hari kemerdekaan hingga hari ini yang menarik keuntungan yang sebesar-besarnya dari pelaksanaan sistem demokrasi. Silih bergantinya penguasa tidak mengubah peruntungan mereka. Sebab merekalah yang mendikte dan mendominasi, merekalah yang berkuasa secara riil.
Oleh karena itu, bila ingin benar-benar terbebas dari krisis, tidak bisa tidak harus berusaha sungguh-sungguh untuk secara bersama-sama mengubah sistem demokrasi buruk yang ada saat ini menjadi sistem Islam. Adakah sistem yang lebih baik daripada sistem Islam? Allah adalah dzat Yang Maha Tahu, maka dia pulalah yang paling tahu bagaimana mengatur kehidupan masyarakat. Lima puluh tahun Indonesia hidup dalam sistem sekuler, dulu di bawah orde lama, lalu tiga puluh tahun di bawah orde baru, sekarang orde reformasi, keadaannya tidak berubah: terpuruk! Tidak cukupkah itu semua menjadi pelajaran untuk menyadarkan kita semua tentang buruknya sistem demokrasi yang sekuler itu? Masihkah kita mau menanggung keburukan itu lebih lama lagi? Bukankah Allah SWT berfirman:
“Apakah hukum Jahiliyyah yang mereka kehendaki, dan (hukum) siapakah yang lebih baik daripada (hukum) Allah bagi orang-orang yang yakin?” (QS. Al Maidah 50).
Khatimah
Umat Islam di Dunia juga di Indonesia harus merapatkan barisan. Pertama, menyatukan pandangan, bahwa problematika utama umat di negeri ini adalah dicabutnya sistem Islam sejak zaman penjajahan.
Kedua, menyelaraskan gerak perjuangan seluruh komponen umat untuk melaksanakan agenda bersama umat: mengubah sistem demokrasi sekuler menjadi sistem Islam dengan menegakkan daulah Khilafah Islamiyah.
Inilah amanat perjuangan yang diperintahkan Rasulullah saw. tatkala beliau mengubah sistem jahiliyah menjadi sistem Islam. Maka hendaklah sadar siapa saja di antara umat ini yang menyeleweng dari perintah Rasul. Allah SWT berfirman:
“Maka hendaklah orang-orang yang menyalahi perintahnya (Rasul) takut akan ditimpa cobaan atau ditimpa adzab yang pedih” (QS. An Nuur 63).