Istiqamah di Jalan Perjuangan
ISTIQAMAH DI JALAN PERJUANGAN
KHUTBAH PERTAMA
إنَّ الْحَمْدَ لِلَّهِ, نَحْمَدُهُ, وَنَسْتَعِينُهُ, وَنَسْتَغْفِرُهُ, وَنَعُوذُ بِاللَّهِ مِنْ شُرُورِ أَنْفُسِنَا, وَسَيِّئَاتِ أَعْمَالِنَا
مَنْ يَهْدِهِ اللَّهُ فَلاَ مُضِلَّ لَهُ, وَمَنْ يُضْلِلْ فَلاَ هَادِيَ لَهُ,
أَشْهَدُ أَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَحْدَهُ لَاشَرِيْكَ لَهُ، شَهَادَةَ مَنْ هُوَ خَيْرٌ مَّقَامًا وَأَحْسَنُ نَدِيًّا.
وَأَشْهَدُ أَنَّ سَيِّدَنَا محَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الْمُتَّصِفُ بِالْمَكَارِمِ كِبَارًا وَصَبِيًّا.
اَللَّهُمَّ فَصَلِّ وَسَلِّمْ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ كَانَ صَادِقَ الْوَعْدِ وَكَانَ رَسُوْلاً نَبِيًّا، وَعَلَى آلِهِ وَصَحْبِهِ الَّذِيْنَ يُحْسِنُوْنَ إِسْلاَمَهُمْ وَلَمْ يَفْعَلُوْا شَيْئًا فَرِيًّا،
أَمَّا بَعْدُ، فَيَا أَيُّهَا الْحَاضِرُوْنَ رَحِمَكُمُ اللهُ،
اُوْصِيْنِيْ نَفْسِيْ وَإِيَّاكُمْ بِتَقْوَى اللهِ، فَقَدْ فَازَ الْمُتَّقُوْنَ.
قَالَ اللهُ تَعَالَى :
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Sungguh (Islam) inilah jalan-Ku yang lurus. Karena itu ikutilah jalan itu. janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain karena jalan-jalan itu pasti mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian Allah perintahkan agar kalian bertakwa (TQS al-An’am [6]: 153).
Ikhwani fiddin a’azzaniyallahu waiyyakum,
Bertakwalah kepada Allah dengan sebenar-benarnya takwa. Laksanakan perintah Allah, dan tinggalkan seluruh larangan-Nya. Ikuti sunnnah-sunnah Nabi Saw dan tinggalkan apapun yang melanggar ketentuan syariah Islam. Hanya dengan takwa inilah, insyaallah kita akan selamat di dunia dan akhirat.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah
Salah satu karakter orang bertakwa adalah istiqamah. Sufyan bin Abdullah ats-Tsaqafi pernah bertanya kepada Rasul saw., “Ya Rasulullah, katakan kepadaku di dalam Islam satu ucapan yang tidak perlu aku tanyakan lagi kepada seorang pun setelah engkau.” Beliau bersabda:
« قُلْ آمَنْتُ بِالله ثُمَّ اسْتَقِمْ »
Katakanlah, “Aku beriman kepada Allah.” Kemudian istiqamahlah! (HR Ahmad dan Muslim).
Imam an-Nawawi di dalam Syarh al-Arba’în menjelaskan pesan Rasul Saw itu, yakni: Berimanlah kepada Allah semata, kemudian beristiqamahlah di atas keimanan itu dan di atas ketaatan sampai dimatikan oleh Allah. Umar bin al-Khaththab ra berkata, “Istiqamahlah dalam ketaatan kepada Allah dan jangan kalian menyimpang.”
Dalam pesan itu, Nabi Saw menyuruh Sufyan (tentu termasuk kita) untuk memperbarui keimanan dengan lisan dan selalu ingat dengan hati. Nabi Saw menyuruh Sufyan dan kita untuk selalu istiqamah dalam menjalankan ketaatan dan menjauhi seluruh penyimpangan. Sikap istiqamah tidak akan terwujud seiring dengan suatu kebengkokan karena kebengkokan adalah lawan dari istiqamah.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah
Jadi, istiqamah berarti teguh di atas jalan yang lurus. Dan jalan yang lurus itu hanyalah Islam; akidah dan syariahnya. Allah SWT berfirman:
وَأَنَّ هَٰذَا صِرَاطِي مُسْتَقِيمًا فَاتَّبِعُوهُ وَلاَ تَتَّبِعُوا السُّبُلَ فَتَفَرَّقَ بِكُمْ عَن سَبِيلِهِ ذَٰلِكُمْ وَصَّاكُم بِهِ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ
Sungguh (Islam) inilah jalan-Ku yang lurus. Karena itu ikutilah jalan itu. janganlah kalian mengikuti jalan-jalan lain karena jalan-jalan itu pasti mencerai-beraikan kalian dari jalan-Nya. Yang demikian Allah perintahkan agar kalian bertakwa (TQS al-An’am [6]: 153).
Dengan demikian keistiqamahan hanyalah bisa diwujudkan dengan mengikuti Islam, meyakini akidahnya dan mengamalkan syariahnya serta mengikuti manhaj dan sistemnya. Ayat ini sekaligus memperingatkan kita agar jangan sampai mengikuti selain Islam, baik agama (seperti Yahudi, Nasrani, Majusi dan paganisme) ataupun paham/ideologi yang dikenal belakangan seperti kapitalisme, sosialisme, sekulerisme, demokrasi, liberalisme, nasionalisme dan lainnya. Sebab semua agama, ideologi, ajaran dan paham selain Islam adalah sesat dan menyesatkan, serta pasti menimbulkan kerusakan dan kemurkaan Allah SWT. Apa yang terjadi dan dialami oleh umat manusia, termasuk kaum Muslim, saat ini merupakan bukti atas hal itu.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah
Keistiqamahan dalam totalitas ketaatan kepada Allah-lah yang akan mengantarkan kita pada keselamatan, kebaikan dan keberkahan. Keistiqamahan menuntut keteguhan dan lurus dalam keimanan, menjalankan berbagai ketaatan dan menjauhi berbagai kemaksiatan.
Orang-orang yang istiqamah, mereka tidak condong dan cenderung kepada orang zalim. Allah SWT berfirman:
وَلاَ تَرْكَنُوا إِلَى الَّذِينَ ظَلَمُوا فَتَمَسَّكُمُ النَّارُ وَمَا لَكُم مِّن دُونِ اللَّهِ مِنْ أَوْلِيَاءَ ثُمَّ لاَ تُنصَرُونَ
Janganlah kalian cenderung kepada kaum yang zalim, yang menyebabkan kalian disentuh api neraka, dan sekali-kali kalian tidak mempunyai seorang penolong pun selain Allah, kemudian kalian tidak akan diberi pertolongan (TQS Hud [12]: 113).
Jika condong dan ridha kepada orang zalim saja dilarang dan bisa mendatangkan akibat yang mengerikan, tentu lebih dilarang lagi mendukung dan membantu kezaliman orang zalim itu. Apalagi dengan mengangkat orang zalim sebagai pemimpin sehingga kezalimannya menimpa banyak orang, bahkan seluruh rakyat.
Hadirin jamaah jumah rahimakumullah
Selain istiqamah dalam menjalankan Islam, Allah SWT juga memerintahkan kita agar istiqamah mendakwahkan Islam. Allah SWT berfirman:
فَلِذَلِكَ فَادْعُ وَاسْتَقِمْ كَمَا أُمِرْتَ وَلاَ تَتَّبِعْ أَهْوَاءَهُمْ
Karena itu serulah (mereka) dan istiqamahlah sebagaimana kamu diperintah demikian dan janganlah mengikuti hawa nafsu mereka… (TQS asy-Syara [42]: 15).
Imam Nashiruddin al-Baydhawi (w. 691 H) di dalam Anwâr at-Tanzîl wa Asrâru at-Ta`wîl (Tafsîr al-Baiydhâwî) menjelaskan makna ayat ini, “Untuk itu “serulah” pada persatuan di atas agama yang lurus (millah hanîfiyah) atau mengikuti apa saja yang diberikan kepada kamu; “dan istiqamahlah sebagaimana yang diperintahkan kepadamu”, yakni beristiqamahlah di jalan dakwah seperti yang diperintahkan kepada kamu; “dan jangan kamu ikuti hawa nafsu mereka”, yakni yang batil.
Istiqamah di jalan dakwah ini mencakup istiqamah mengamalkan metode dan manhaj dakwah Rasul saw, sekaligus meninggalkan selain metode dan manhaj dakwah beliau. Sebab metode dakwah adalah bagian dari sunnah (jalan) Rasul saw. Mengikuti jalan selain jalan Rasul saw hanya akan makin menjauhkan kita dari Islam dan tentu akan berujung pada kegagalan.
Semoga kita senantiasa istiqamah di tengah berbagai fitnah yang menimpa umat ini. Aamiin
[]
بَارَكَ الله لِي وَلَكُمْ فِى اْلقُرْآنِ اْلعَظِيْمِ، وَنَفَعَنِي وَإِيَّاكُمْ بِمَافِيْهِ مِن الآيَةِ وَذِكْرِ الْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ اللهُ مِنَّا وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ وَإِنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ العَلِيْمُ، وَأَقُوْلُ قَوْلِي هَذَا فَأسْتَغْفِرُ اللهَ العَظِيْمَ إِنَّهُ هُوَ الغَفُوْرُ الرَّحِيْم