• “Sesungguhnya yang memakmurkan masjid Allah hanyalah orang-orang yang beriman kepada Allah dan hari akhir, serta (tetap) menegakkan shalat, menunaikan zakat dan tidak takut kecuali hanya kepada Allah. Maka mudah-mudahan mereka termasuk orang-orang yang mendapat petunjuk.” At-Taubah: 18
Wednesday, 13 November 2024

GHOUTA BERDUKA, DUNIA PURA-PURA BUTA

Bagikan

Lebih dari 500 warga sipil terbunuh. Ribuan orang lainnya terluka parah. Di antara mereka adalah ratusan bayi, anak-anak kecil, juga para wanita. Tak terhitung rumah, rumah sakit, masjid, madrasah dan bangunan lainnya luluh-lantak. Itu terjadi di Ghouta Timur, Suriah, baru-baru ini. Semua adalah akibat pengeboman besar-besaran dan membabi-buta oleh rezim Bassar Asad sejak akhir pekan lalu. Pengeboman yang amat keji itu didukung penuh oleh aliansi jahat Rusia dan Amerika, juga Iran. 

 

Sebagaimana dilansir oleh Mediaumat.news, media resmi dan situs media sosial melaporkan foto-foto mengerikan akibat  pemborbardiran, pembakaran dan pembasmian lebih dari 400.000 Muslim di Ghouta Timur. Hadi al-Abdullah, seorang aktivis Suriah, mengatakan di akun Facebook-nya: “Mereka tidak dapat menghitung jumlah syuhada. Dalam dua hari saja, lebih dari 200 syuhada telah terbunuh.”

 

Menurut Observatorium Suriah untuk Hak Asasi Manusia (SOHR), jumlah korban tewas dalam serangan keji selama tujuh hari itu meningkat menjadi 520 jiwa pada Sabtu (24/2) waktu setempat. Warga sipil yang terluka mencapai lebih dari 2.500 orang. Di antara korban tewas terdapat 127 anak-anak dan 75 perempuan.

 

Adapun yang masih hidup, menurut laporan Al-Arabiya, Ahad (25/2), banyak yang tinggal di bawah tanah selama sepekan terakhir untuk menghindari pengeboman terus-menerus. Sayang, mereka kehabisan bahan makanan dan air (Republika.co.id, 26/2/2018).

 

Menurut data SNHR (Syrian Network for Human Rights), sejak serangan 14 Oktober 2017 silam hingga 24 Februari 2018, Asad telah menewaskan 1121 warga sipil. Sebanyak 281 adalah anak-anak dan 171 wanita. Adapun jumlah korban sejak aksi perlawanan rakyat Maret 2011 ada 12.763 jiwa. Sebanyak 1463 adaah anak-anak dan 1127 wanita. Bahkan wilayah Ghouta terpapar 46 kali serangan senjata kimia. Sejak gerakan perlawanan rakyat 2011, Ghouta menjadi salah satu pusat perlawanan dan memiliki posisi strategis karena kedekatannya dengan ibukota Damaskus. Karena itu kawasan ini diblokade oleh Asad sejak April 2013, bahkan acap diserang dengan meriam atau roket.

 

 

Dunia Kembali Bungkam

 

Menyaksikan pembantaian umat Islam untuk ke sekian kalinya, dunia kembali bungkam. Para pemimpin dunia tak ada yang bersuara. Seolah tidak terjadi apa-apa.  PBB dan lembaga-lembaga HAM dunia juga diam. Demikian pula para penguasa Muslim. Mereka seolah-olah buta dan tuli. Padahal jelas, di mata Allah SWT, jangankan ribuan jiwa, pembunuhan satu orang saja tanpa haq, sama dengan membunuh seluruh manusia. Allah SWT berfirman:

 

مَنْ قَتَلَ نَفْسًا بِغَيْرِ نَفْسٍ أَوْ فَسَادٍ فِي الْأَرْضِ فَكَأَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيعًا

Siapa saja yang membunuh satu orang, bukan karena orang itu membunuh orang lain atau membuat kerusakan di muka bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh seluruh manusia (TQS al-Maidah [5]: 32).

 

Bahkan jika yang terbunuh adalah seorang Muslim, maka itu adalah peristiwa yang jauh lebih dahsyat dibandingkan dengan kehancuran dunia ini. Demikian sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

 

لَزَوَالُ الدُّنْيَا أَهْوَنُ عِنْدَ اللهِ مِنْ قَتْلِ رَجُلٍ مُسْلِمٍ.

Kehancuran dunia ini lebih ringan di sisi Allah dibandingkan dengan pembunuhan seorang Muslim  (HR at-Tirmidzi dan an-Nasa’i).

 

Sampai Kapan Umat Jadi Korban?

Tragedi Ghouta di Suriah hanyalah pengulangan belaka dari ratusan bahkan ribuan tragedi yang menimpa umat Islam di seluruh dunia.  Jelas, Ghouta bukan tragedi pertama—bahkan  mungkin bukan yang terakhir—yang  menimpa umat Islam. Sebelum ini, bahkan hingga kini masih sedang berlangsung, ada tragedi pembantaian umat Islam di Myanmar (Burma). Tragedi lainnya juga masih akan terus dialami oleh kaum Muslim di Xinjiang, Cina; Kashmir, India; di Afrika, Irak dan tentu di Palestina yang telah sekian puluh tahun menderita dijajah Israel yang didukung Amerika dan Eropa.

 

Dengan seabreg penderitaan umat di berbagai belahan dunia itu, khususnya yang dialami kaum Muslim di Suriah saat ini, kita patut bertanya: Siapa yang membela? Tidak ada. Apakah PBB? Tidak. Apakah lembaga HAM dunia. Tidak. Apakah para penguasa Arab dan Muslim? Adakah dari para penguasa Arab dan Muslim itu yang berani  menjadi “lelaki” meski cuma sehari saja?  Juga tidak. Mereka tak ubahnya banci,  tak punya nyali sedikit pun;  kecuali sekadar mengutuk. Itu pun sekadar kedok untuk menutupi sikap pengecut mereka. Lebih dari itu tidak mereka lakukan, seperti mengerahkan pasukan militer untuk menghentikan serangan brutal Rusia dan rezim Bassar Asad, sang penjagal Muslim Suriah. Padahal jelas, Suriah bertetangga dengan Turki, Saudi dan negara-negara Arab lainnya.

 

Lalu mengapa para penguasa Muslim dan Arab tidak bergerak sedikitpun untuk membela warga Suriah? Mengapa mereka tidak segera mengirimkan ratusan ribu tentaranya untuk menggempur pasukan rezim Bassar Asad yang berkoalisi dengan Rusia, Amerika juga Iran? Jawabannya:

 

Pertama, inilah dampak buruk nasionalisme dan nation state. Akibat nasionalisme dan nation state, ukhuwah islamiyah hilang entah kemana. Masing-masing negeri Muslim, khususnya para penguasa mereka, hanya mementingkan diri mereka sendiri. Mereka tak peduli atas tragedi yang terjadi di Suriah, juga di sejumlah negeri Muslim lainnya seperti di Palestina, Irak, Myanmar, dll.

 

Kedua, kebanyakan para penguasa Muslim dan Arab adalah antek Barat, khususnya AS dan Rusia. Wajar jika mereka cenderung membiarkan—bahkan mendukung—kebijakan tuan-tuan mereka meski jelas-jelas dalam rangka membunuhi kaum Muslim di berbagai negeri Islam, khususnya Suriah. 

 

Sekitar dua tahun lalu Saudi memang menggagas pembentukan aliansi militer yang melibatkan 34 negara Muslim. Namun, kiprahnya tak terdengar sedikit pun saat kaum Muslim Myanmar dan kaum Muslim Suriah dibantai seperti saat ini. Mengapa? Karena sejak awal aliansi ini dibentuk dalam rangka menangkal “terorisme” dalam makna yang dikehendaki Amerika dan Barat sebagai tuan-tuan mereka; bukan untuk menghabisi teroris sejati semacam Bassar Assad, Zionis Yahudi, apalagi gembong teroris Amerika dan Rusia. Sejauh ini mereka hanya pandai mengecam dan mengutuk. Sebagian lagi diam seribu bahasa, bahkan menjalin hubungan kerjasama dengan Iran, yang notabene salah satu alat Amerika yang juga berperan dalam pembantaian kaum Muslim di Suriah.

 

 

Umat Butuh Khilafah

 

Dengan semua tragedi yang menimpa umat Islam di berbagai belahan dunia ini, umat makin membutuhkan Khilafah yang dipimpin oleh seorang khalifah. Sebabnya jelas karena, sebagaimana sabda Rasulullah saw.:

 

  إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

Imam (Khalifah) itu laksana perisai; kaum Muslim diperangi (oleh kaum kafir) di  belakang dia dan dilindungi oleh dirinya (HR Muslim).

 

Apa yang disabdakan Rasulullah saw. di atas dibuktikan dalam sejarah antara lain oleh Khalifah Al-Mu’tashim Billah yang sukses menaklukkan Kota Amuriyah, kota terpenting bagi imperium Romawi saat itu, selain Konstantinopel.

 

Al-Qalqasyandi dalam kitabnya, Ma’âtsir al-Inâfah, menjelaskan salah satu sebab penaklukan kota itu pada tanggal 17 Ramadhan 223 H. Diceritakan bahwa penguasa Amuriyah, salah seorang raja Romawi, telah menawan wanita mulia keturunan Fathimah ra. Wanita itu disiksa dan dinistakan hingga berteriak dan menjerit meminta pertolongan.

 

Menurut Ibn Khalikan dalam Wafyah al-A’yan, juga Ibn al-Atsir dalam Al-Kâmil fî at-Târîkh, saat berita penawanan wanita mulia itu sampai ke telinga Khalifah Al-Mu’tashim Billah, saat itu sang Khalifah sedang berada di atas tempat tidurnya. Ia segera bangkit dari tempat tidurnya seraya berkata, “Aku segera memenuhi panggilanmu!”

 

Tidak berpikir lama, Khalifah Al-Mu’tashim Billah segera mengerahkan sekaligus memimpin sendiri puluhan ribu pasukan kaum Muslim menuju Kota Amuriyah. Terjadilah peperangan sengit. Kota Amuriyah pun berhasil ditaklukkan. Pasukan Romawi bisa dilumpuhkan. Sekitar 30 ribu tentaranya terbunuh. Sebanyak 30 ribu lainnya ditawan oleh pasukan kaum Muslim. Khalifah pun berhasil membebaskan wanita mulia tersebut. Khalifah lalu berkata di hadapan wanita itu, “Jadilah engkau saksi untukku di depan kakekmu (Nabi Muhammad saw.), bahwa aku telah datang untuk membebaskan kamu.”

Semoga Allah SWT merahmati Al-Mu’tashim Billah.

 

Bagaimana dengan para penguasa Arab dan Muslim? Sekali lagi: Adakah di antara mereka yang berani menjadi “lelaki” meski hanya sehari saja? Tidak ada. Mereka semua tetap memilih menjadi banci!

 

Alhasil, sekali lagi, umat memang butuh Khilafah,  juga seorang khalifah seperti Al-Mu’tashim Billah. Semoga saja umat Islam di seluruh dunia segera memiliki memiliki Khilafah, juga pemimpin pemberani yang mengayomi seperti Khalifah Al-Mu’tashim Billah yang akan menaklukkan Amerika, Eropa, Rusia dan Cina; menyatukan berbagai negeri Islam; menjaga kehormatan kaum Muslim; dan menolong kaum tertindas.

 

Insya Allah, masa yang mulia itu akan segera tiba karena memang telah di-nubuwwah-kan oleh Rasulullah saw.:

 

ثُمّ تَكُوْنُ خِلاَفَةً عَلَى مِنْهَاجِ النُّبُوَّةِ

Kemudian akan datang kembali masa Khilafah yang mengikuti metode kenabian (HR Ahmad). []

 

Hikmah:

Rasulullah saw. bersabda:

 

«الْمُؤْمِنُ لِلْمُؤْمِنِ كَالْبُنْيَانِ يَشُدُّ بَعْضُهُ بَعْضًا»

Mukmin dengan Mukmin lainnya bagaikan satu bangunan; sebagian menguatkan sebagian lainnya. (HR Bukhari, at-Tirmidzi, an-Nasa’i dan Ahmad).

 

«لاَ تَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى تُؤْمِنُوا وَلاَ تُؤْمِنُوا حَتَّى تَحَابُّوا …»

Kalian tidak masuk surga hingga kalian beriman dan belum sempurna keimanan kalian hingga kalian saling mencintai… (HR Muslim).

[Buletin Kaffah No. 30, 17 Jumada ats-Tsaniyah 1439 H – 2 Maret 2018 M]

 

SebelumnyaMENJAGA KEBERLANGSUNGAN DAKWAHSesudahnyaHARAM MENJEGAL DAKWAH
No Comments

Tulis komentar

Your email address will not be published. Required fields are marked *